Indonesia Dinilai Sedang Hadapi Tantangan Transnasional Radikal

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Minggu, 06 Juni 2021
Indonesia Dinilai Sedang Hadapi Tantangan Transnasional Radikal

Ilustrasi. (Foto: MP/Pixabay.com/LoboStudioHambur)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Bangsa Indonesia dinilai sedang menghadapi tantangan transnasional radikal. Bahkan, transnasional radikal tak bisa dihalangi lantaran adanya kemajuan teknologi.

Aktivis Gusdurian, Guntur Romli menjelaskan salah satu contoh dari pemanfaatan teknologi dalam penyebaran paham radikal.

Baca Juga:

Hampir 80 Akun Media Sosial di-'DM' Polisi

"Penyebaran paham ISIS dari tahun 2011 dengan melancarkan propaganda melalui media sosial dan menarik simpati dunia dengam media sosial," ujar Romli, dalam diskusi 'Tantangan Ideologi Pancasila' yang digelar Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN), Sabtu (6/6).

Dulu, masyarakat belum sadar akan bahaya media sosial. Bahkan dia menyebut ada gerakan transnasional radikal di Indonesia yang dibubarkan pada tahun 2017 yaitu Hizbut Tahrir Indonesia yang juga melakukan propaganda melalui media sosial.

Media Sosial (Foto: Thomas Ulrich/Pixabay).
Media Sosial (Foto: Thomas Ulrich/Pixabay).

Ancaman transnasional radikal sudah terbukti baik dalam tindakan kekerasan seperti terorisme atau politik radikal yang ingin merubah Pancasila dan UUD 1945. "Mereka bergerak melalui media sosial karena kalau demo akan ada batasannya. Ponsel pintar juga sangat dekat dengan masyarakat," tambah Romli.

Walaupun sudah dibasmi dan dibubarkan tetapi propaganda transnasional radikal ini sudah masuk ke dalam masyarakat.

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menambahkan, kemajuan teknologi tanpa adanya pemantapan ideologi adalah sebuah ancaman. "Pendidikan Pancasila juga sudah tidak ada, dan masuk transnasional radikal ini. Banyak yang memanipulasi nilai agama. Membenarkan kekerasan atas nama agama," tutur Benny.

Baca Juga:

Vaksinasi Tenaga Kesehatan di Aceh Terkendala Hoaks di Media Sosial

Benny menambahkan Generasi setelah 1998 banyak yang tidak memahami Pancasila. Ini berbahaya dan harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Menurut Benny, Ini ancaman yang serius apalagi ketika media digunakan sebagai alat penyebaran dan propaganda.

"Anak muda memiliki caranya sendiri untuk mempersatukan bangsa dan Pancasila diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari," tambahnya. (Knu)

#Radikalisme #Kaum Radikal #Ormas Radikal #Situs Radikal #Islam Radikal #Deradikalisasi #Gerakan Radikal
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
BNPT Minta Ibu Lebih Berperan Tangkis Upaya Kelompok Radikal Rekrut Anak Muda Lewat Game Online
BNPT meminta para orang tua, khususnya para ibu, untuk lebih aktif mengawasi aktivitas digital anak-anak.
Wisnu Cipto - Kamis, 09 Oktober 2025
BNPT Minta Ibu Lebih Berperan Tangkis Upaya Kelompok Radikal Rekrut Anak Muda Lewat Game Online
Indonesia
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Isi konten radikal remaja anggota ISIS di Gowa ditangkap. Remaja itu aktif menyebarkan propaganda melalui media sosial dan membahas aksi bom bunuh diri.
Soffi Amira - Minggu, 25 Mei 2025
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Indonesia
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Menurut Nasarudin, budaya maritim terbiasa menghargai perbedaan.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 April 2025
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Indonesia
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Satgas Operasi Madago Raya melibatkan 253 personel termasuk anggota TNI/Polri.
Wisnu Cipto - Rabu, 02 Oktober 2024
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Indonesia
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Tahapan paparan paham radikal dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan hingga berpotensi menjadi radikalisme.
Dwi Astarini - Kamis, 25 Juli 2024
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Indonesia
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Zulfikar Sy - Jumat, 08 September 2023
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Indonesia
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengingatkan warga untuk menghindari radikalisasi di media sosial dengan menerapkan metode berpikir kritis.
Mula Akmal - Jumat, 04 Agustus 2023
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Indonesia
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
ASN lingkungan Pemprov DKI Jakarta mendapat arahan khusus terkait pencegahan penyebaran paham radikalisme menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Zulfikar Sy - Senin, 06 Maret 2023
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
Indonesia
Pemerintah Perlu Evaluasi Program Deradikalisasi
Pemerintah diminta melakukan evaluasi kembali program deradikalisasi narapidana terorisme. Demikian disampaikan analis komunikasi politik dan pertahanan keamanan dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting.
Mula Akmal - Rabu, 07 Desember 2022
Pemerintah Perlu Evaluasi Program Deradikalisasi
Indonesia
BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024
Suhu perpolitikan tanah air mulai memanas jelang Pemilu 2024. Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT) mengingatkan seluruh elemen bangsa soal potensi peningkatan gerakan radikal menjelang Pemilu Serentak 2024.
Mula Akmal - Minggu, 20 November 2022
BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024
Bagikan