Indonesia Dinilai Sedang Hadapi Tantangan Transnasional Radikal

Ilustrasi. (Foto: MP/Pixabay.com/LoboStudioHambur)
Merahputih.com - Bangsa Indonesia dinilai sedang menghadapi tantangan transnasional radikal. Bahkan, transnasional radikal tak bisa dihalangi lantaran adanya kemajuan teknologi.
Aktivis Gusdurian, Guntur Romli menjelaskan salah satu contoh dari pemanfaatan teknologi dalam penyebaran paham radikal.
Baca Juga:
"Penyebaran paham ISIS dari tahun 2011 dengan melancarkan propaganda melalui media sosial dan menarik simpati dunia dengam media sosial," ujar Romli, dalam diskusi 'Tantangan Ideologi Pancasila' yang digelar Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN), Sabtu (6/6).
Dulu, masyarakat belum sadar akan bahaya media sosial. Bahkan dia menyebut ada gerakan transnasional radikal di Indonesia yang dibubarkan pada tahun 2017 yaitu Hizbut Tahrir Indonesia yang juga melakukan propaganda melalui media sosial.

Ancaman transnasional radikal sudah terbukti baik dalam tindakan kekerasan seperti terorisme atau politik radikal yang ingin merubah Pancasila dan UUD 1945. "Mereka bergerak melalui media sosial karena kalau demo akan ada batasannya. Ponsel pintar juga sangat dekat dengan masyarakat," tambah Romli.
Walaupun sudah dibasmi dan dibubarkan tetapi propaganda transnasional radikal ini sudah masuk ke dalam masyarakat.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menambahkan, kemajuan teknologi tanpa adanya pemantapan ideologi adalah sebuah ancaman. "Pendidikan Pancasila juga sudah tidak ada, dan masuk transnasional radikal ini. Banyak yang memanipulasi nilai agama. Membenarkan kekerasan atas nama agama," tutur Benny.
Baca Juga:
Vaksinasi Tenaga Kesehatan di Aceh Terkendala Hoaks di Media Sosial
Benny menambahkan Generasi setelah 1998 banyak yang tidak memahami Pancasila. Ini berbahaya dan harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Menurut Benny, Ini ancaman yang serius apalagi ketika media digunakan sebagai alat penyebaran dan propaganda.
"Anak muda memiliki caranya sendiri untuk mempersatukan bangsa dan Pancasila diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari," tambahnya. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
BNPT Minta Ibu Lebih Berperan Tangkis Upaya Kelompok Radikal Rekrut Anak Muda Lewat Game Online

Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda

Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen

Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi

Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror

Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif

Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos

ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024

Pemerintah Perlu Evaluasi Program Deradikalisasi

BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024
