Sains

Ilmuwan Menemukan Terumbu Karang Lebih Tinggi dari Empire State Building

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 31 Oktober 2020
Ilmuwan Menemukan Terumbu Karang Lebih Tinggi dari Empire State Building

Empire State Building di tengah-tengah kota New York (Foto: Pexels/Roberto Vivancos)

Ukuran:
14
Audio:

ALAM tidak pernah berhenti mengejutkan kita. Ilmuwan menemukan menara terumbu karang di Great Barrier Reef Australia dengan tinggi lebih dari 500 meter. Ukuran tersebut melebihi ketinggian Empire State Building (381 meter) di Amerika Serikat, Menara Sydney (305 meter), dan Menara Petronas di Malaysia (451,9 meter).

"Karang baru setinggi setengah kilometer di lepas pantai Cape York di Great Barrier Reef yang terkenal menunjukkan betapa misteriusnya dunia di luar garis pantai kita," kata Dr Jyotika Virmani, direktur eksekutif Schmidt Ocean Institute dalam sebuah rilis pers.

Baca juga:

Penjaga Terumbu Karang, Ikan Kakatua bukan untuk Disantap

Melansir laman Schmidt Ocean Institute, penemuan ini ditemukan oleh tim the Schmidt Ocean Institute yang dipimpin Dr. Robin Beaman dari James Cook University. Saat penemuan ini, tim Beaman dalam misi 12 bulan untuk memetakan lanskap bawah laut di sekitar Australia.

Ilmuwan menemukan terumbu karang dengan tinggi lebih dari 500 meter. (Foto: Schmidt Ocean Institute)

Terumbu karang dengan tinggi lebih dari 500 meter ini diidentifikasi menggunakan teknologi pemetaan bawah air, kemudian ditangkap di kamera oleh robot selam SuBastian.

Ini adalah penemuan besar pertama di wilayah Great Barrier Reef selama 120 tahun. Walau terpisah dari Great Barrier Reef, terumbu karang tersebut masih menempel di dasar laut, bergabung dengan beberapa terumbu tinggi lainnya. Termasuk yang ada di Pulau Raine, habitat penting dan tempat berkembang biak bagi penyu hijau.

"Penemuan tidak terduga ini menegaskan bahwa kita terus menemukan struktur yang tidak diketahui dan spesies baru di Lautan kita," kata Wendy Schmidt, salah satu pendiri Schmidt Ocean Institute.

Baca juga:

Teknologi Cetak 3D Bantu Pembangunan Ulang Terumbu Karang

Melansir Science Alert, para ilmuwan mengatakan terumbu karang itu memiliki lebar sekitar 1,5 kilometer di dasarnya, dan naik hingga 40 meter dari permukaan air. Dokumentasi awal menunjukkan terumbu karang itu adalah rumah bagi banyak sekali spons, kipas laut seperti jaring, dan karang lunak.

Banyak ikan karang juga telah terlihat di sekitaran sang terumbu karang raksasa, dari ikan hatchet kecil hingga hiu karang abu-abu. Kemungkinannya butuh waktu bertahun-tahun untuk mempelajari terumbu karang ini.

Great Barrier Reef telah kehilangan lebih dari separuh karangnya sejak 1995 akibat krisis iklim. (Foto: PHYS)

Walau penemuan ini indah dan dahsyat, keindahan itu bisa hilang jika kita tidak mengatasi krisis iklim secepatnya. BBC melaporkan The Great Barrier Reef dalam beberapa tahun terakhir telah rusak parah akibat suhu laut yang menjadi lebih hangat.

Kerusakan tersebut juga membunuh banyak terumbu karang. Hal ini membuat kehidupan laut yang bergantung dan hidup disekitar terumbu karang itu pergi dan mempercepat pertumbuhan alga dan kontaminan lainnya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan awal bulan ini menemukan Great Barrier Reef telah kehilangan lebih dari separuh karangnya sejak 1995 karena suhu laut lebih hangat yang didorong krisis iklim. (lev)

Baca juga:

4 Terumbu Karang Paling Berwarna di Dunia

#Terumbu Karang #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan