Sains

Penjaga Terumbu Karang, Ikan Kakatua bukan untuk Disantap

Dwi AstariniDwi Astarini - Selasa, 13 Oktober 2020
Penjaga Terumbu Karang, Ikan Kakatua bukan untuk Disantap

Lindungi ikan kakatua.(Twitter @fintasticbeasts)

Ukuran:
14
Audio:

MENJAGA terumbu karang kini berarti melestarikan ikan kakatua. Terdengar mudah, tapi apa iya semudah itu?

Seperti dilansir National Geographic, terumbu karang adalah ekosistem yang kompleks. Walau begitu, menjaga ekosistem itu tidaklah susah. Hal simpel seperti tidak melakukan penangkapan ikan yang berlebihan, menghindari menangkap ikan lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk bereproduksi, tak merusak terumbu karang atau mencemari air, mengurangi CO2 di atmosfer, dan melindungi beberapa area sebagai cagar laut bisa membantu dalam pelestarian terumbu karang.

BACA JUGA:

Menurut Penelitian, Perempuan Suka Selfie yang Tidak Natural

Sayangnya, solusi mudah itu hampir mustahil diterapkan karena ketamakan manusia. Meskipun demikian, selalu ada cara untuk tujuan baik. National Geographic menulis analisis di seluruh Karibia menunjukkan hal utama yang dapat dilakukan untuk memastikan kesehatan terumbu karang ialah dengan melindungi ikan kakatua.

Seperti dilansir Ocean Smithsonian Institution, ikan kakatua tinggal di terumbu karang dan menghabiskan waktu mereka mengunyah karang. Karang keras pun mereka santap. Para peneliti menemukan mereka dibentuk sebagai salah satu makhluk dengan gigi terkuat di dunia.

terumbu karang
Peran ikan kakatua penting untuk ekosistem terumbu karang. (Foto: unsplash/@franesco_ungaro)

Dr Pupa Gilbert, seorang ahli biofisika dan peneliti lain dari Lawrence Berkeley Laboratory dan University of Wisconsin-Madison, menemukan gigi ikan kakatua terbuat dari bahan yang disebut fluorapatit yang mengandung kalsium, fluor, fosfor dan oksigen. Itu merupakan bio mineral terkeras kedua di dunia.

Fluorapatit mendapat skor lima pada skala kekerasan Mohs. Hal itu membuat gigi mereka lebih keras daripada tembaga, perak, dan emas. "Satu inci persegi gigi ikan tersebut dapat mentoleransi 530 ton tekanan yang setara dengan berat sekitar 88 gajah," jelas Gilbert, seperti dilansir Ocean Smithsonian Institution.

ikan kakatua
Gigi ikan kakatua sangat kuat bahkan lebih keras dari tembaga, perak, dan emas. (Twitter @thetimes)

Tidak hanya makan terumbu karang, mereka juga memakan organisme bertubuh lunak yang disebut polip. Polip menutupi kerangka dan alga (zooxanthellae) yang hidup di dalamnya dan menyediakan energi bagi karang, serta bakteri yang hidup di dalam kerangka karang.

Apa efek positif dari mereka makan terumbu karang beserta polip? Ternyata, saat makan, mereka sekaligus membersihkan terumbu karang. Kepada Ocean Smithsonian Institution, Gilbert mengatakan fungsi pembersihan itu penting untuk kelangsungan ekosistem terumbu. Ketika ikan memakan alga yang bersaing dengan polip karang, karang tersebut mampu tumbuh dan lebih tangguh dalam menghadapi stresor lokal seperti polusi atau pemanasan global.

Ketika ikan kakatua membuang kotoran dari karang yang mereka makan, jaringan lunaknya terserap dan yang tersisa keluar hanyalah pasir, banyak pasir. "Dalam setahun, satu ikan kakatua besar dapat menghasilkan 450 kg pasir, setara dengan berat baby grand piano," kata Ashley Gallagher, penulis artikel Smithsonian Institution.

View this post on Instagram

Berbagi informasi untuk kepentingan bersama, karena dulu saya juga gatau, dan pernah makan ikan ini. IKAN KAKATUA SANGAT PENTING, JANGAN DI JUAL / DI JADIKAN MENU / DIMAKAN!! KENAPA IKAN INI PENTING BAGI LINGKUNGAN KITA? . Ikan Kakatua memakan alga dan terumbu karang yang mati. Setiap hari mereka menghabiskan 90% waktu mereka untuk mengunyah/makan. Mereka membersihkan terumbu karang yang hidup dengan memakan alga yg menghambat pertumbuhan terumbu karang. Terumbu karang yg dibersihkan dari alga akan lebih kuat bertahan hidup menghadapi perubahan suhu air, polusi dan kondisi air yang keruh. Setelah ikan Kakatua makan mereka akan mengeluarkan kotoran berupa pasir putih halus yang banyak sekali. Setiap ekor ikan Kakatua dewasa akan mengeluarkan kotoran berupa pasir putih halus sebanyak 450 kilogram setiap tahun. Jadi semakin banyak dan lama ikan ini hidup, jumlah pasir putih yg dihasilkan akan semakin banyak. Pantai berpasir putih yang cantik dengan populasi terumbu karang yang indah merupakan hasil kerja ikan Kakatua. Ikan kakatua merupakan ikan herbivora yg jumlahnya sangat sedikit di alam. Jika ikan Kakatua ini terus diburu, maka jumlah alga akan semakin banyak di laut sehingga kondisi terumbu karang tidak sehat. Hal ini selain mematikan ekosistem dan membuat laut tidak indah. Sehingga laut tidak akan indah untuk diselami atau dinikmati saat wisata snorkeling. Dimana banyak populasi ikan Kakatua, maka selain laut indah, ikan2 jenis lain akan semakin banyak tinggal di terumbu karang yang sehat sehingga bagus untuk mata pencaharian Nelayan. Tolong edukasi/beritahu teman2 anda dan para nelayan yang anda kenal. Stop menangkap dan memakan ikan Kakatua. Jangan lagi membeli ikan Kakatua di pasar dan supermarket. Silakan bagikan artikel ini untuk memberi tahu banyak orang... Penerjemahan dan pengeditan dari artikel & foto @David E. Conolly & penambahan informasi dari website Smithsonian National Museum of Natural History oleh Melissa A Situmorang: https://ocean.si.edu/ocean-life/fish/tough-teeth-and-parrotfish-poop

A post shared by Tinton Aryo Putro Yudhanto (@tinton_naturalman) on

Sayangnya, tulis National Geographic, ikan kakatua telah ditangkap secara berlebih dan terumbu karang Karibia semakin berbulu karena alga selama dekade terakhir. Hal itu menghasilkan gambaran yang jauh dari indah dan ekosistem yang kurang produktif dan tangguh.

Padahal, terumbu karang Karibia menghasilkan lebih dari US$3 miliar setiap tahun dari pariwisata dan perikanan. Kenyataan itu berlaku juga untuk negara-negara lain.(Lev)

BACA JUGA:

Begini Cara Aldo Lim Menjaga Kewarasan Selama Pandemi

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan