Ilmuan Temukan Virus di Palung Mariana


Ilmuwan temukan virus di Palung Mariana.(foto: jonathan-borba_unsplash)
LAUTAN menyimpan banyak misteri. Di kedalamannya, tersimpan banyak hal-hal aneh yang belum kita ketahui. Manusia untuk saat ini hanya mampu menyelam ke dalam 11 km di dalam Palung Mariana. Di lautan lainnya, belum pernah ada sedalam itu.
Baru-baru ini, Gizmodo melaporkan bahwa para ilmuan telah menemukan virus terdalam di dalam Palung Mariana. Virus itu diyakini sebagai yang terdalam dari jenisnya yang pernah ditemukan dan memangsa bakteri tertentu.
BACA JUGA:
Palung Mariana, yang dinamai sesuai dengan pulau-pulau di dekatnya, berada di Samudra Pasifik dan merupakan palung samudra terdalam di Bumi. Kedalamannya mencapai 36 ribu kaki (sekitar 11 km) di bawah air. Meski palung itu teramat dalam, makhluk hidup dapat berkembang dan mengubah bentuknya. Para ilmuwan telah menemukan ikan, udang, dan berbagai macam mikroba di Palung Mariana. Dengan ada kehidupan, biasanya ada virus yang ingin mengambil keuntungan darinya. Namun, hanya sedikit yang diketahui tentang virus di laut dalam ini.

Virus baru ini ditemukan para peneliti dari Tiongkok dan Australia. Virus baru ini diberi nama vB_HmeY_H4907. Para ilmuwan mengambilnya dari sedimen yang dibawa dari kedalaman 8.900 meter, atau lebih dari 29 ribu kaki. Berdasarkan analisis genetik, virus ini merupakan bagian dari keluarga virus yang sebelumnya tidak teridentifikasi yang tersebar luas di seluruh samudra, yang oleh tim peneliti dinamakan Suviridae.
Virus ini merupakan bacteriophage, virus yang menggunakan bakteri untuk memperbanyak diri. Temuan tim ini dipublikasikan pada Rabu (20/9) di jurnal Microbiology Spectrum.
BACA JUGA:
"Sepengetahuan kami, ini merupakan phage yang paling dalam yang diketahui di lautan,” kata penulis studi Min Wang, ahli virus di Ocean University of China, dalam sebuah pernyataan dari American Society for Microbiology, penerbit jurnal tersebut. Virus ini secara khusus menginfeksi bakteri Halomonas, sekelompok bakteri yang diketahui hidup di lingkungan laut dalam dan dekat ventilasi hidrotermal.
“Virus ini sebenarnya sangat mirip secara genetik dengan inangnya dan merupakan fag lisogenik. Itu berarti bahwa virus ini memasukkan materi genetiknya ke bakteri, tetapi biasanya tidak membunuhnya. Sebaliknya, baik virus maupun bakteri bereplikasi pada waktu yang sama," imbuh para peneliti. Mereka berteori bahwa vB_HmeY_H4907 mungkin telah berevolusi bersama dengan bakteri-bakteri ini untuk memastikan kelangsungan hidupnya dalam kondisi yang keras.

Tim peneliti berencana mempelajari lebih lanjut interaksi antara phages dan inangnya pada tingkat molekuler. "Lingkungan yang ekstrem menawarkan prospek yang optimal untuk menemukan virus-virus baru," kata Wang.(aqb)
BACA JUGA:
Mengambil Lautan Sebagai Latar Belakang, 4 Film Keren Bangkitkan Cinta Bahari
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
