Hypervigilance Membuat Kualitas Hidup Menurun, Bagaimana Mengatasinya?


Ilustrasi Hypervigilance. (Foto: Pexel/ Andrea Piacquadio)
MerahPutih.com - Sangat ketakutan pada hal apa pun, sensitif dengan lingkungan sekitar jadi tanda seseorang mengalami Hypervigilance.
Dilansir dari laman Healthline disebutkan bahwa Hypervigilance adalah keadaan kewaspadaan yang meningkat.
Seseorang dalam mode waspada yang berlebihan akan menjadi sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar.
Kondisi Hypervigilance ini bisa mengarah pada gejala gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan kecemasan, skizofrenia.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang menderita Hypervigilance ini menurunkan kualitas hidupnya. Dimana mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dan memandang orang lain, atau dapat memicu paranoia.
Baca juga:
Ia akan jadi sangat berkeringat, detak jantung yang cepat, pernapasan cepat dan dangkal, seiring waktu, kewaspadaan yang terus-menerus ini dapat menyebabkan kelelahan dan kelelahan.
Seorang dengan gangguan Hypervigilance juga perubahan dari sisi perilaku, di mana bereaksi berlebihan jika mendengar suara keras, selain itu sering salah paham ketika teman atau siapapun yang berkata lalu maksudnya dianggap menyampaikan suatu pernyataan yang tidak sopan.
Dampak Hypervigilance pada perubahan emosional misalnya terjadinya peningkatan kecemasan yang parah, takut, panik, kekhawatiran yang bisa menjadi terus-menerus.
Seseorang dengan Hypervigilance juga menjadi menarik diri secara emosional. Namun dalam kondisi tertentu ia mengalami perubahan suasana hati atau ledakan emosi.
Guna mengatasi persoalan ini, seorang penderita harus melewati proses terapi PTSD. Ada beberapa cara untuk mengatasi kecemasan ekstrem atau perasaan terlalu waspada pada saat ini dan sehari-hari.
Baca juga:
Para ahli merekomendasikan dengan banyak istirahat di mana mencoba yoga atau peregangan lembut, dengarkan musik yang ceria, atau bermeditasi.
Berolahraga, dengan - gerakan membantu kesehatan fisik dan mental, pengaturan nafas yang baik, dan berbicara dengan orang yang dipercaya untuk menyampaikan perasaan. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
