Gugus Tugas Corona Sebut Kaum Muda Berpotensi Jadi Silent Killer
 Zulfikar Sy - Rabu, 06 Mei 2020
Zulfikar Sy - Rabu, 06 Mei 2020 
                Pekerja berjalan di atas JPO Dukuh Atas, Jakarta, Senin (4/5/2020). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras.
MerahPutih.com - Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dr Budi Santoso mengatakan, kebanyakan kaum muda tidak sadar telah terinfeksi sehingga tidak merasa sebagai pembawa virus corona yang bisa menularkan kepada orang lain.
“Bagi kaum muda, COVID-19 kebanyakan tidak ada gejala atau tidak ada gejala klasik yang sering kita sebut sebagai orang tanpa gejala,” kata Budi saat jumpa pers secara daring yang disiarkan akun Youtube BNPB di Jakarta, Rabu (6/5).
Baca Juga:
Demokrat: 2 Bulan ke Depan Masa Sangat Rawan COVID-19 Bagi Republik Ini
Budi mengatakan, orang tanpa gejala itu seringkali menjadi pembunuh senyap (silent killer). Kaum muda sering kali salah persepsi bahwa gejala yang ada hanya flu biasa sehingga tidak merasa sebagai pembawa virus yang bisa menularkan kepada orang lain yang mungkin lebih rentan.
Menurut Budi, corona penyebab COVID-19 pada dasarnya sama dengan virus penyebab penyakit lain, tetapi jauh lebih agresif.
“Informasi yang banyak disebarluaskan tentang COVID-19 selama ini sudah banyak yang benar dan membantu mencerdaskan masyarakat,” tuturnya.
Ia menjelaskan, kaum muda bisa berperan serta dalam memutus rantai penularan COVID-19 dengan disiplin memantau kondisi tubuh dan informasi terkini tentang COVID-19.
 
Aplikasi Bersatu Lawan COVID-19 bisa diunduh dan sangat berguna bagi kaum muda. "Kaum milenial daripada di rumah tidak melakukan apa-apa atau hanya melakukan rutinitas, bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat dengan memanfaatkan aplikasi tersebut,” katanya.
Budi mengatakan, kaum muda yang merasa badannya tidak terlalu sehat bisa mengecek kondisi badannya menggunakan aplikasi Bersatu Lawan COVID sekaligus memeriksa tingkat kerawanan di daerahnya masing-masing.
“Edukasi terbaik di masyarakat, terutama terhadap kaum muda. Bila masyarakat sudah teredukasi, maka kasus infeksi akan berkurang dan bisa mengurangi beban kerja medis,” jelasnya.
Baca Juga:
Pengamat Duga Kebijakan Pemerintah 'Pagi Tahu Sore Tempe' Demi Kepentingan Bisnis
Oleh sebab itu, pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 meminta agar kaum milenial untuk menaati peraturan pemberantasan sosial berskala besar (PSBB) guna menghindari hal yang tidak diinginkan.
"Kebetulan saya bergabung di Gugus Tugas dan teman-teman saya kebanyakan juga milenial, tugas saya sehari-hari mereview standar APD, laboratorium pemeriksaan reagen PCR, dan lainnya," pungkas Budi. (Knu)
Baca Juga:
KRL Masih Beroperasi, 5 Kepala Daerah Surati Budi Karya Sumadi
Bagikan
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
 
                      Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
 
                      Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
 
                      Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
 
                      178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
 
                      Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
 
                      Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
 
                      KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
 
                      KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
 
                      COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
 
                      




