Epidemiolog Sebut Kenaikan COVID-19 8 Kali Lipat dari Data Pemerintah
Tes cepat antigen dan tes usap kepada para pedagang di Pasar Gembong Asih, Kota Surabaya, Minggu (13/6/2021). (FOTO ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya)
MerahPutih.com - Ahli berpendapat bahwa kenaikan kasus COVID-19 saat ini sebenarnya 8 kali lipat dari data yang diumumkan oleh pemerintah.
"Dari hasil temuan atau perhitungan kami, kasus COVID-19 di Indonesia saat ini naiknya adalah 8 kali lipat. Kalau pemerintah ngomong sekitar 8 atau 9 ribu, berarti delapan ribu kali delapan. Nah, yang diumumkan pemerintah hanya seperdelapan saja." kata epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya Windu Purnomo kepada Merahputih.com via telepon, Selasa, (11/6)
Parahnya, kata Windu, naiknya kasus itu murni karena penyebaran, bukan karena hasil tracing ataupun testing.
Baca Juga:
Hasil Penyekatan di Suramadu, 3 Warga Terinfeksi COVID-19 Varian India
"Testing dan tracing pemerintah itu makin turun, tapi angka kasusnya makin naik. Ini kan berarti murni penyebaran," sebut Wisnu.
Usai Lebaran, Windu sebenarnya sudah mengingatkan pemerintah untuk memperbanyak tracing dan testing. Sebab saat itu, setelah kasus turun, grafik berjalan stagnan.
Berdasarkan pengalaman di negara negara lain, jika grafik terjadi penurunan dan kemudian berjalan stagnan, sudah bisa dipastikan akan kembali naik.
Jika kenaikan ini tetap tidak diwaspadai dengan testing dan tracing, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi ledakan kasus COVID-19.
"Di ilmu kedokteran, wabah menular entah itu COVID-19 atau apa, untuk menekan penyebaran kasus, harus ditemukan sumbernya. Darimana sumbernya? Ya testing dan tracing. Kalau dua hal itu dilakukan, maka orang yang kena wabah atau COVID-19, baru dilakukan treatment atau perawatan dengan cara Isolasi. Isolasi dilakukan agar tidak berkeliaran yang bisa menyebabkan penularan," lanjut Windu.
Baca Juga:
"Jadi, prinsipnya penularan bisa dihentikan ketika kita tahu siapa menjadi penularnya. Kalau kita tidak tahu siapa penularnya, penularan tidak bisa dihentikan," sambungnya.
Sejauh ini, testing hanya dilakukan di beberapa tempat transportasi seperti rapid test. Padahal, tes cepat tidak menunjukkan adanya kasus COVID-19.
Oleh sebab itu, yang dilakukan pemerintah baik daerah maupun pusat, saran Windu, harus mencari kasusnya sebanyak mungkin. (Budi Lentera/Jawa Timur)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin