Cegah Resesi, Ketua MPR Dorong Pemerintah Perbaiki Proses Birokrasi hingga Pendataan


Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo. (ANTARA/HO-Dok Humas MPR RI)
MerahPutih.com - Perekonomian di Indonesia kini di ambang kesulitan. Sejumlah perusahaan merugi hingga melakukan PHK.
Ketua Majelis Permusyawarakatan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo menilai, perekonomian Indonesia triwulan II-2020 yang diproyeksikan minus 5,32 persen yang berpotensi berdampak pada terjadinya resesi perlu disikapi serius.
Baca Juga:
Setelah 1998, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen
Ia mendorong pemerintah memperbaiki proses birokrasi hingga pendataan agar serapan anggaran untuk pemulihan ekonomi berjalan dengan baik sehingga mencegah Indonesia masuk ke dalam jurang resesi.
"Perbaiki proses birokrasi, penyaluran, dan pendataan agar belanja dan serapan anggaran untuk pemulihan ekonomi (yang masih seret) dapat segera diatasi dan mencegah Indonesia masuk ke dalam jurang resesi," kata Bamsoet, dalam pernyataan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (5/8).
Bamsoet mendorong pemerintah untuk dapat menyeimbangkan dan menentukan prioritas antara ketepatan dan kecepatan dalam realisasi anggaran, seperti kecepatan dalam pemberian bantuan sosial (bansos) dan juga ketepatan dalam pembiayaan korporasi.

Politikus senior Partai Golkar itu mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam menentukan kebijakan dan pengalokasian anggaran.
Tujuannya, kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) itu, agar anggaran untuk pemulihan ekonomi dapat tepat sasaran.
Selain itu, Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu juga mendorong pemerintah berupaya semaksimal mungkin agar ekonomi tidak tumbuh negatif, terutama pada triwulan III-2020.
Caranya, kata Bamsoet, dengan terus mendorong stimulus belanja dan secara bertahap membuka akses ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020. Seperti yang sudah diduga, terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Baca Juga:
Pertumbuhan Ekonomi Jakarta di Kuartal II 2020 Turun 8,22 Persen
Pada Rabu (5/8/2020), Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
"Terjadi kontraksi dalam, PDB Q1 kita sudah turun dalam meski year on year masih positif. Dan PDB kuartal II kontraksi negatif 5,32% (year on year)," kata Suhariyanto.
Sementara dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ), PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%.
Dua kontraksi beruntun secara QtQ membuat Indonesia bisa dibilang sudah masuk ke fase resesi teknikal (technical recession). Pasalnya pada Kuartal I-2020 secara QtQ PDB Indonesia minus 2,41%.
Pada semester I-2019, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh positif 5,06%. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bye-Bye Macet! Lihat Penampakan Taksi Terbang Tanpa Pilot yang Bakal Mengudara di IKN, Tarifnya Bikin Kaget!

Bamsoet Tegaskan Komunikasi Intensif Pemerintah dan Partai Politik Kunci Pengesahan RUU Perampasan Aset

Tak Ada Presidential Threshold di Pemilu, Bamsoet: Capres Berkualitas Rendah Diprediksi bakal Muncul

Nama Soeharto Dicabut dari TAP MPR soal KKN

Pantun Bamsoet Buka Paripurna Terakhir MPR Singgung Beringin di Persimpangan Jalan

Bamsoet Nilai Penambahan Komisi di DPR Sesuai Jumlah Kementerian

Bamsoet Sebut Pelantikan Prabowo-Gibran Disempurnakan dengan Ketetapan MPR

Atap Venue Menembak PON XXI Roboh, Beruntung Atlet Sudah Selesai Perlombaan

Bersama Puan Ucapkan Selamat kepada Prabowo-Gibran, Bamsoet Selipkan Pesan

Ketua MPR Tegaskan IKN Simbol Harapan Baru Indonesia
