Buruknya Kualitas Udara Jakarta Berdampak ke Kesehatan Paru-Paru hingga Intelektual Anak


Ilustrasi - Warga melintas dengan latar belakang gedung-gedung di Jakarta, Rabu (11/8/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww
MerahPutih.com - Kualitas udara di Jakarta belakangan tengah disorot. Bahkan, sering dikaitkan berpotensi menjadi ancaman terhadap kesehatan.
Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Agus Dwi Susanto mengatakan, polusi udara di seluruh Indonesia masuk ke dalam kategori berbahaya dan tidak sehat.
Menurut Agus, Jakarta menduduki kota dengan kualitas udara terburuk dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia seperti Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, dan Makassar. Angka tersebut tujuh kali lebih tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan WHO.
Baca Juga:
Polusi Udara, Anggota DPRD Minta Pj Heru Tambah Anggaran Jalur Sepeda
"Sebagian besar kalau dilihat rata-rata selama 1 tahun itu di atas merah sampai ungu biasanya. Jakarta ini paling jelek 39,2 rata-rata konsentrasinya itu di atas 7 kali guideline dari WHO," paparnya kepada awak media di Jakarta, Selasa (8/8).
Buruknya kualitas udara di Indonesia tentu berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Tidak hanya paru-paru, nyatanya polusi udara juga bisa berdampak pada organ lain seperti jantung serta perkembangan kognitif anak.
"Diperkirakan sebanyak 2 miliar anak di dunia terdampak polusi udara yang berat yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan termasuk gangguan kognitif," katanya.
Ia menjelaskan, selain masalah pernapasan, polusi udara ini berdampak pada kesehatan lainnya. Berdasarkan berbagai penelitian, polusi udara ternyata juga mengintai para anak.
"Berbagai riset menunjukkan peningkatan polutan ini berkaitan dengan tingkat intelegensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak-anak usia di bawah 2 tahun prasekolah maupun usia sekolah," ucapnya.
Secara keilmuan disebutkan bahwa polusi udara masuk melalui jalur olfaktorius atau jalur lainnya yang menembus hingga ke otak.
Hal ini menyebabkan peradangan hingga terjadinya kelainan neurologis yang berdampak pada kognitif anak-anak dalam proses pertumbuhan.
Lalu, paparan polusi udara bahkan sudah berdampak dari awal masa kandungan.
Baca Juga:
Jalan Istana Negara hingga Slipi Diperbaiki untuk KTT ASEAN Jakarta 2023
Dia kembali merangkum dari beberapa studi lain dan menemukan bahwa dampak lain polusi udara terhadap perkembangan fungsi anak-anak ini juga berpengaruh pada proses persepsi dan sensori informasi yang lebih lambat.
Selain itu, polusi udara juga berdampak pada fungsi memori, atensi dan koordinasi motorik yang lebih rendah.
Hal ini juga menyebabkan regulasi diri dan emosi menjadi lebih rendah dan meningkatkan kemungkinan diagnosis kondisi psikiatri seperti ADHD dan lainnya lebih tinggi pada anak.
Agus mengatakan, penggunaan masker juga cukup efektif untuk menghindar dari paparan polusi udara.
"Masker sangat berperan dalam menghindari paparan. Masker umumnya yang terbaik adalah N95, bisa juga masker bedah cukup bagus untuk fungsi paru," pungkasnya. (Knu)
Baca Juga:
Pemprov DKI Berlakukan WFH saat KTT ASEAN 2023 Jakarta
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Nomor 1 Kota di Afrika

Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030

Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Ketika Udara Bersih Menjadi Kebutuhan: Solusi Praktis untuk Lingkungan Sehat di Rumah

4 Hari Berturut Kualitas Udara Jakarta Masuk 4 Besar Kota Terburuk di Dunia

Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia Setelah Kemarin Nomor 4, Warga Diimbau Pakai Masker

Hari Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-4 Dunia, Nomor 1 Kinshasa

Udara Jakarta Tidak Sehat pada Kamis (17/7), Kelompok Sensitif Diimbau Jangan Keluar Rumah

Menteri LH: Kendaraan Berat Tak Lolos Uji Emisi Kena Sanksi
