BRIN Ungkap 22 Persen Karang Punah di 2100


Peneliti Ahli Utama Badan Riset Nasional Oseanografi Biologi Augy Syahailatua menjelaskan soal laut dan keanekaragaman hayati di Forum Bumi, di House of Izara, Jakarta Selatan, Kamis (8/8).(foto: Mer
MERAHPUTIH.COM - KEANEKARAGAMAN biota laut terancam. Kondisi iklim menjadi ancaman kepunahan biota laut. Hal tersebut diungkap peneliti ahli utama pada Badan Riset Nasional Oseanografi Biologi Augy Syahailatua. Augy mengngkap Indonesia terancam kehilangan 22,15 persen karang bercabang atau Acropora sp pada 2100. Hal itu disebabkan kondisi iklim.
"Itu prediksi, itu bisa lebih cepat atau itu akan terjadi nanti. Dengan perkiraan kondisi hari ini, kami sudah menghitung dengan suhu dan kondisi lingkungan hari ini atau mungkin 10-20 tahun terakhir," kata dia dalam diskusi Forum Bumi di House of Izara, Jakarta Selatan, Kamis (8/8).
Ia mengatakan, pada 2020, hasil dari Modelling Distribusi Karang di 689 titik menemukan bahwa Indonesia setidaknya memiliki 113 jenis karang bercabang yang ada di dunia. Namun, kondisi itu berisiko pupus karena keadaan iklim yang parah. Ia menyebutkan beberapa faktor akibat kondisi air laut itu sendiri. "Pemanasan suhu laut, pengasaman air laut," katanya.
Ancaman itu, menurutnya, termasuk kondisi generatif karang yang tidak optimal karena lingkungannya yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya. "Kalau kondisi optimalnya untuk reproduksi berkurang, dia akan lambat. Bisa terjadi seperti itu," katanya.
Baca juga:
Oleh karena itu, ia mengimbau semua orang untuk menjaga keanekaragaman di dalam laut jangan sampai menimbulkan perilaku merusak biota laut. Ia mencontohkan temuan yang sering terjadi pada karang yakni perusakan. Augy menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak teredukasi menjaga karang sehingga ketika melihat karang, mereka tidak segan menginjak atau mematahkannya.
"Makanya kalau orang yang dia tidak diedukasi baik, dia akan datang ke pantai, langsung jalan-jalan, padahal itu tidak boleh. Kalau karang patah, dia tubuhnya lama. Bisa recovery, tapi lambat. Bayangkan saja orang yang datang banyak dan menginjak karang, banyak karangnya rusak," tutupnya.(tka)
Baca juga:
Pameran 'Kisah Rimba' Rekam Keanekaragaman Hayati dan Isu Lingkungan di Indonesia
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
4 Hotel di Puncak Cemari Ciliwung Disegel, 18 Lainnya Masih Diperiksa KLH

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemberi Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Rekam Jejak PT ASP Pengelola Nikel Raja Ampat, Terafiliasi dengan Raksasa Tambang Asal China yang Punya Proyek Besar di Indonesia

Komisi XII DPR Singgung Pemulihan Kawasan setelah Izin 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat Dicabut

Langgar Aturan dan Merusak Alam, Prabowo Akhirnya Hentikan Langsung Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Kerusakan Alam Raja Ampat akibat Tambang Nikel: Merusak Sumber Pangan Biru Masyarakat Lokal

Cemari Raja Ampat, Bahlil Diminta Tindak Tegas Perusahaan Tambang Nikel

55 Bisnis dalam Hutan Disegel, Termasuk di Batam dengan Kerugian Negara Rp 23 Miliar

Ilmuwan Berhasil Rekam Video Cumi Raksasa di Laut Dalam, Bentuknya Transparan dan saat Masih Kecil Berukuran 30 Sentimeter
