Bicara Soal Perang Ukraina dan Rusia, Jokowi Sebut Bakal Ada Ketidakpastian Global
Foto udara Alun-alun Kemerdekaan Maidan Nezalezhnosti di pusat Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Valentyn Ogirenko/rwa.
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbincara soal konflik Rusia dan Ukraina di Rapim TNI-Polri 2022.
Indonesia dan negara-negara lainnya akan menghadapi ketidakpastian global yang semakin meningkat karena adanya pandemi COVID-19 dan terjadinya perang Rusia dengan Ukraina.
"Dulunya ketidakpastian itu karena disrupsi teknologi, revolusi industi 4.0 tapi ditambah lagi dengan pandemi, ditambah lagi dengan perang di Ukraina sehingga ketidakpastian global yang sudah merembet kepada ketidakpastian negara-negara di mana pun di dunia ini semakin meningkat," kata Jokowi dalam acara Rapim TNI-Polri, (1/3).
Baca Juga:
Politisi Demokrat Minta Pemerintah Berinisiatif Jadi Juru Damai Rusia-Ukraina
Meningkatnya ketidakpastian ditandai dengan munculnya sejumlah permasalahan yang sebelumnya tidak pernah diperkirakan.
Misalnya muncul masalah kelangkaan kontainer yang menyebabkan harga meningkat.
"Kalau harga kontainer naik, pre-cost naik. Artinya apa? Harga barang juga akan ikut naik. Kalau harganya naik artinya apa? Konsumen beli dengan harga lebih mahal dari biasanya. Itu baru urusan kontainer," katanya.
Masalah lainnya yang muncul sekarang ini, kata Presiden, adalah kelangkaan pangan.
Sejumlah negara di dunia sudah mengalami kelangkaan pangan dan melambungnya harga pangan.
"Beberapa negara besar juga mengalami, beberapa negara sudah di atas 90 persen, hati-hati dengan ini yang namanya urusan pangan," kata Jokowi.
Masalah ketiga yakni naiknya inflasi yang menyebabkan harga-harga naik.
Apabila harga naik, maka beban masyarakat dalam membeli barang juga semakin tinggi.
Kenaikan inflasi tidak hanya melanda negara negara kecil dan menengah, melainkan juga negara besar seperti Amerika Serikat (AS).
Baca Juga:
Gencatan Senjata Perundingan Awal Ukraina-Rusia Gagal, Harapan Ada di Putaran Dua
Ia mengatakan, AS saat ini mengalami inflasi 7 persen, padahal sebelumnya tidak pernah mengalami inflasi di atas 1 persen.
"Di beberapa negara ada yang sudah di atas 50 persen, di atas 30 persen, jangan dianggap enteng hal-hal seperti itu? Artinya apa? Masyarakat yang ingin membeli barang harus membayar dengan harga yang lebih tinggi," katanya.
Keempat yakni munculnya masalah kelangkaan energi yang diperparah dengan terjadinya perang antara Rusia dengan Ukraina.
Harga minyak per barel sekarang ini sudah di atas USD 100 dari yang sebelumnya hanya USD 50-60.
"Semua negara yang namanya harga BBM naik semua, LPG naik semuanya, hati-hati dengan ini, hati-hati dengan ini, kenaikan kenaikan kenaikan, karena semuanya naik," tuturnya.
Masalah kelima yang muncul yakni naiknya harga produsen.
Kenaikan harga produsen tersebut menyebabkan efek berantai salah satunya kenaikan harga konsumen.
"Inilah tantangan-tantangan ketidakpastian yang muncul," tuturnya. (Knu)
Baca Juga:
Rusia-Ukraina Memanas, DICE Tunda Event Skin Helikopter di Battlefield 2042
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
AS Tidak Punya Penangkal Rudal Burevestnik Milik Rusia
Presiden Lebanon Perintahkan Militer Balas Serangan Israel
Israel Langgar Gencatan Senjata, Qatar Kecewa dan Frustrasi Minta AS Bertindak
Putin Umumkan Uji Coba Drone Poseidon Sukses, Rudal Nuklir Antarbenua Terkuat Rusia
Israel Kembali Serang Pasukan Perdamaian di Lebanon Selatan, Lontarkan Granat dari Pesawat Nirawak
Masih Dibangun, Jokowi Belum Tempati Rumah Hadiah Negara Setelah 1 Tahun Lengser
Israel Perluas Pemukiman di Tepi Barat, Bangun Zona Penyangga Pemukiman Elit
Serangan Israel ke Gaza Bikin Satu Dari 7 Keluarga Dikepalai Perempuan, Gencatan Senjata Tidak Akhiri Krisis Nutrisi
Tentara dan Tank Israel Masih Bertahan Sekitar RS Indonesia di Gaza
Pakistan dan Afganistan Saling Serang di Perbatasan, Kerahkan Senjata Berat