Bayi Prematur Rentan Alami Hipertensi di Masa Depan


Bayi yang terlahir prematur rentan alami hipertensi di masa mendatang. (Foto: Pexels/Natalie)
BAYI yang lahir sebelum waktunya (prematur) lebih rentan daripada bayi yang lahir sesuai waktunya. Sebab, organ tubuhnya belum matang secara sempurna termasuk ginjalnya. Hal tersebut membuat mereka berpotensi lebih besar mengalami hipertensi di kemudian hari dibandingkan anak lainnya.
"Tubulus ginjal pada anak BBLR dan prematur belum matang jadi membuat mereka berpotensi hipertensi," urai Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Erwinanto, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC.
Baca juga:

Wakil Ketua InaSH, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, menambahkan, selain bayi yang lahir prematur, bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga berpeluang untuk mengalami hipertensi. "Sel endotel (jaringan pembuluh darah) pada bayi dengan BBLR tidak terbentuk sempurna," ujarnya.
Hal tersebut bisa diperburuk jika dalam keluarga si bayi, ada anggota keluarga dengan riwayat hipertensi. Potensi diwariskannya hipertensi pun akan semakin besar. Walau begitu, orang tua tidak perlu pesimis. Pencegahan bisa dilakukan sejak dini. Caranya adalah pastikan anak tidak terlalu gemuk, makan teratur dan olahraga.
"Bapak atau ibu harus sering ajak main bola dan kurangi makan asin-asin. Buatlah usaha pencegahan lebih ketat dibandingkan anak lain," tutur Eka.
Baca juga:

Namun, jika itu hanya diterapkan pada anak, anak mungkin akan merasa terasingkan. Mereka tidak mengerti mengapa mereka diperlakukan berbeda. Untuk itu, pola itu harus diikuti keluarga bukan hanya anak itu. "Ubahlah pola hidup di keluarga tersebut," tambahnya.
Selain itu, di masa sekarang, frozen food juga cukup populer. Frozen food mengandung natrium yang cukup tinggi. Apabila mereka biasa diberikan frozen food dengan kandungan natrium tinggi, anak akan terbiasa makanan asin.
"Nanti di otak anak terekam bahwa dia harus makan asin terus. Konsumsi makanan asin terlalu sering bisa menyebabkan hipertensi," tukas Eka.
Ia mengemukakan, hipertensi dapat dicegah walaupun faktor genetik dan usia sulit untuk dimodifikasi. Namun banyak faktor risiko lain yang dapat dihindari agar tidak terjadi hipertensi dengan menanamkan pola hidup sehat sejak usia dini yang dilakukan dalam keluarga dan melalui edukasi di sekolah. Hal ini lebih mudah dibandingkan menyarankan perubahan gaya hidup bagi orang dewasa.
Orangtua dan guru mempunyai peranan penting dalam menanamkan pola hidup sehat pada anak-anak yang akan terus diingat dalam memorinya hingga mereka dewasa. Mengurangi paparan terhadap polusi udara juga merupakan upaya pencegahan terhadap hipertensi, selain mengatasi stresor dan tidur yang cukup. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dugaan Malapratik Amputasi Tangah Bayi Arumi, Majelis Profesi Periksa 89 Tenaga Medis Bima

Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya

Komisi III DPR Desak Polisi Usut Tuntas Sindikat Perdagangan Bayi Lintas Negara

Penyebab dan Penanganan Kuning pada Bayi Baru Lahir, Waspada Bahaya Dehidrasi ASI

Dokter Tekankan Pentingnya Gaya Hidup Sehat untuk Program Bayi Tabung

Dinkes Usut Dugaan Kelalaian Tenaga Medis RS Islam Cempaka Putih di Kasus Bayi Tertukar

Mengenal Kanker Ovarium: Viral Usai Diidap Bayi 19 Bulan

Mayat Bayi Ditemukan di Dalam Kloset Apartemen Pluit

Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah Warga Sragen, Polisi Buru Pelaku

AIMI Menanti Kehadiran Bank Asi Pertama di Indonesia
