Bahaya Asap Rokok Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Paru-paru


Ilustrasi bahaya asap rokok bisa tingkatkan risiko kanker paru-paru. Foto: Unsplash/ Pascal Meier
MerahPutih.com - Bahaya asap rokok diklaim dapat meningkatkan 20 kali risiko kanker paru-paru, baik untuk perokok aktif hingga perokok pasif. Hal itu diungkapkan oleh Dokter spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular RSUP Fatmawati, dr. Ermono Superaya Sp. BTKV.
“Kenapa rokok sumber dari penyakit kanker paru karena semua isinya bahan kimia, jadi hanya kenikmatan sementara tapi bisa menimbulkan kesulitan seumur hidup bagi diri sendiri maupun keluarga,” kata Ermono, Kamis (18/4).
Baca juga:
Riset Ilmuan Ungkap Mengapa Perempuan Lebih Mudah Kecanduan Rokok
Ermono menjelaskan, risiko terbesar pasien terkena kanker paru-paru adalah pria berusia 50 tahun ke atas dan sering terpapar asap atau polusi dalam pekerjaannya. Sedangkan untuk wanita, baik yang bekerja atau ibu rumah tangga, tidak menutup kemungkinan bisa terkena risiko kanker paru-paru dari paparan asap rokok di rumah meskipun tidak merokok.
Karakteristik asap rokok yang dihisap sebagai asap utama dan yang keluar dari asap sampingan juga memiliki dua zat berbahaya, yaitu zat karsinogenik atau teratogenik yang bisa menyebabkan tumor paru-paru.
Ermono juga menyebutkan, asap rokok tidak hanya meninggalkan bau di mulut, tetapi juga bisa menempel di seluruh lingkungan dan perabotan rumah tangga. Contohnya, bantal, baju, atau dinding.
“Jadi harus dievaluasi, perbaiki semua, stop merokok di dalam rumah,” katanya.
Baca juga:
Angka usia perokok juga mulai turun sampai pada anak usia 5-9 tahun yang sudah mulai mencoba merokok. Artinya, anak tersebut bisa terkena kanker paru-paru pada usia 14 tahun. Lalu, yang termuda bisa pada usia 10 tahun akibat paparan asap rokok yang terus-menerus di dalam keluarga.
Hal ini juga bisa terjadi karena anak bisa jadi merasa bosan, sehingga mencoba hal baru karena sering melihat orang tuanya atau lingkungan sekitar yang merokok untuk mengusir kebosanan.
Selain asap rokok, kanker paru-paru juga bisa terjadi karena beberapa faktor risiko lainnya, seperti radiasi sinar x-ray, polusi udara, gas radon dari tanah, penyakit TBC, riwayat tumor dan kanker pada keluarga, serta pekerja tambang dan paparan asap dengan kandungan tobacco.
Ermondo pun meningatkan untuk melakukan medical check-up jika merasa memiliki risiko tersebut dan menjauhi segala produk yang menghasilkan asap dari pembakaran. Kemudian, menggunakan masker untuk menyaring polusi dan virus serta berolahraga untuk memperbaiki pernapasan. (*)
Baca juga:
Perokok Lakukan Ini Biar Cepat Terdeteksi Jika Alami Kanker Paru
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Anggota DPR Usul Gerbong Kereta Khusus Merokok, Wapres Gibran: Belum Masuk Skala Prioritas

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
