Riset Ilmuan Ungkap Mengapa Perempuan Lebih Mudah Kecanduan Rokok
Meskipun jumlah perempuan perokok lebih sedikit, penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin mengalami kecanduan nikotin. (Foto: Unsplash/Mattew)
MerahPutih.com - Di dunia, jumlah lelaki perokok jauh lebih tinggi daripada jumlah perempuan perokok. Data terakhir WHO (World Health Organization) pada 2020 menunjukkan, dari 22,3 persen penduduk dunia yang merokok, persentase lelaki perokok mencapai 36,7, sedangkan perempuan hanya 7,8.
Meskipun jumlah perempuan perokok lebih sedikit, penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin mengalami kecanduan nikotin.
Perempuan juga cenderung menjadi kecanduan lebih cepat dengan paparan nikotin yang lebih rendah.
“Penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk kecanduan nikotin dibandingkan laki-laki dan kurang berhasil dalam berhenti merokok,” kata Sally Pauss, seorang mahasiswa doktoral di Fakultas Kedokteran Universitas Kentucky di Lexington, seperti dikutip newsweek.com (25/3).
Baca juga:
Kontroversi Ji Chang-wook Merokok dalam Ruangan Merebak, Agensi Minta Maaf
Sally dan kawan-kawan bekerja untuk memahami apa yang membuat perempuan lebih rentan terhadap gangguan penggunaan nikotin demi mengurangi disparitas gender dalam mengobati kecanduan nikotin.
Salah satu perbedaan yang jelas antara lelaki dan perempuan adalah produksi estrogen. Oleh karena itu, para peneliti menelusuri perpustakaan besar gen yang diketahui diaktifkan oleh hormon ini, khususnya yang diekspresikan di otak kita.
Hanya satu kelas kandidat gen yang sesuai dengan kriteria ini: gen yang mengkode sekelompok protein yang disebut olfactomedins, yang memainkan beragam peran dalam perkembangan awal dan perkembangan fungsional sistem saraf.
Para peneliti meneliti sel rahim manusia dan tikus untuk lebih memahami interaksi antara olfactomedins, estrogen, dan nikotin.
Baca juga:
Melalui eksperimen mereka, temuan menarik muncul. Estrogen mengaktifkan olfactomedins, yang pada gilirannya ditekan dengan adanya nikotin di area otak yang terlibat dalam penghargaan dan kecanduan.
Dengan kata lain, perantara penciuman ini dapat mendorong individu mencari nikotin untuk memenuhi sirkuit penghargaan ini.
“Jika kita dapat memastikan bahwa estrogen mendorong pencarian dan konsumsi nikotin melalui olfactomedins, kita dapat merancang obat yang mungkin menghalangi efek tersebut dengan menargetkan jalur yang berubah,” kata Pauss.
Obat-obatan ini diharapkan akan memudahkan perempuan untuk berhenti dari nikotin. (dru)
Baca juga:
Peneliti IPB Sebut Tembakau Alternatif Jadi Pilihan Kurangi Merokok
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Bagi-Bagi Nasi Bungkus Tolak Raperda Rokok, Simbol Perjuangan Warteg di Jakarta
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Sulit Diimplementasikan, DPRD DKI Hapus Aturan Larangan Penjualan Rokok Dekat Sekolah
Omzet Pedagang Kecil Terancam Ambruk Gara-Gara Larangan Jual Rokok, INDEF Sebut Potensi Pengangguran Terselubung Mengintai
Raperda KTR DKI Final: Merokok Indoor Dilarang Total, Jual Rokok Dibatasi 200 Meter dari Sekolah
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Pansus KTR DKI Cabut Larangan Merokok 200 Meter dari Tempat Pendidikan dan Area Anak
Menkeu Purbaya Pastikan Harga Jual Eceran Rokok Tak Naik pada 2026
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
DPRD DKI Minta Perda KTR Lindungi Nonperokok Tanpa Abaikan Industri Tembakau