Aktivitas Geologis Terlihat di Planet Venus


Pemandangan radar miring dari Kampus Nüwa, blok terbesar di dataran rendah Venus. (Foto: scitechdaily)
PARA ilmuwan telah menemukan bukti bahwa bagian-bagian permukaan Venus bergerak seperti potongan-potongan benua di Bumi. Sementara aktivitas ini mungkin tidak didorong oleh lempeng tektonik, seperti di Bumi, fenomena itu bisa menjadi 'sepupu' dari proses tersebut.
Temuan itu sesuai dengan gambaran yang muncul tentang sebuah planet yang sangat hidup, berbeda dengan pandangan sebelumnya terhadap Venus.
Baca juga:

Bukti aktivitas planet itu ditemukan setelah Eropa meluncurkan pesawat ruang angkasa, EnVision, untuk memetakan radar dan mengumpulkan pengukuran spektroskopi permukaan dan atmosfer planet. NASA akan mengirim dua pesawat, Veritas dan DaVinci+, ke Venus, menjelang akhir dekade ini.
"Kami telah mengidentifikasi pola deformasi tektonik yang sebelumnya tidak dikenali di Venus, yang didorong oleh gerakan interior seperti di Bumi," kata penulis utama penemuan, Paul Byrne seperti diberitakan BBC (23/6).
"Meskipun berbeda dari tektonik yang kita lihat saat ini di Bumi, itu masih merupakan bukti gerakan interior yang diekspresikan di permukaan planet," tambah profesor ilmu planet di North Carolina State University itu.
Dr Byrne, Dr Richard Ghail, dari Royal Holloway, University of London, Prof Sean Solomon, dari Columbia University, di New York, dan rekan mendeteksi tanda-tanda blok kerak berbatu di wilayah dataran rendah Venus telah berotasi dan bergerak secara lateral relatif satu sama lain.
Mereka membandingkan aktivitas yang tampaknya relatif baru-baru ini dengan cara seperti serpihan-serpihan es berdesak-desakan di laut di daerah kutub Bumi.
Blok dengan panjang 100-1.000 km itu juga menyerupai kerak bumi di:
- Cekungan Tarim dan Sichuan Tiongkok
- Cekungan Amadeus Australia
- massif Bohemia yang mendasari sebagian besar Republik Ceko
Baca juga:

Richard Ghail, peneliti utama misi EnVision Badan Antariksa Eropa, mengatakan kepada BBC, "penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus banyak belajar dari Venus dan bahwa ada spektrum mobilitas permukaan yang jauh lebih luas daripada sekadar lempeng tektonik."
Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Magellan NASA, diluncurkan pada 1989 dan aktif hingga 1994, untuk memetakan struktur permukaan, yang mereka beri nama 'campi, dari bahasa Latin untuk 'lapangan', 'kampus'.
Sebelumnya, litosfer Venus, lapisan luarnya yang berbatu-batu, dianggap sebagai satu kesatuan yang berkesinambungan, berbeda dengan Bumi, yang terpecah menjadi mosaik lempeng tektonik bergerak. Bulan, Mars dan Merkurius juga dianggap memiliki litosfer statis.
Namun, temuan yang diterbitkan dalam jurnal PNAS, menunjukkan bahwa litosfer Venus sebenarnya memiliki beberapa tingkat mobilitas, meskipun tidak seperti di Bumi.
Hasil model komputer menunjukkan, batuan cair atau magma yang bergolak di bawah kerak dapat menghasilkan regangan, rekahan, dan distorsi yang terlihat pada gambar permukaan Magellan.
Jadi aktivitas tektonik Venus mungkin mirip dengan di Bumi awal, selama Archean Eon, antara empat miliar dan 2,5 miliar tahun yang lalu, ketika aliran panas di dalam planet lebih tinggi dan litosfer lebih tipis. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
