Kesehatan

Gerak Fisik Cegah Sarkopenia

Febrian AdiFebrian Adi - Selasa, 04 Juli 2023
Gerak Fisik Cegah Sarkopenia

Ahli berikan kita untuk cegah penyakit sarkopenia. (Foto: Merahputih.com/Febrian Adi)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SELAIN osteoporosis, salah satu risiko penyakit yang mengincar para lansia ialah sarkopenia. Itu merupakan penyakit penurunan massa dan kualitas otot yang menyebabkan penderitanya sulit beraktivitas fisik. Menurut jurnal Acta Medica Indonesiana, satu dari lima lansia di atas 40 tahun diprediksi mengalami penyakit sarkopenia.

Saat ditemuai Merahputih.com, Minggu (2/7), ahli bidang geriatri Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD-KGer, MPH membagikan kiat untuk mencegah risiko timbulnya sarkopenia. Menurutnya, penyakit ini muncul karena penderitanya sebelumnya sangat kurang bergerak, kurang menjalanakan aktivitas atau latihan fisik serta kurangnya asupan nutrisi seperti protein.

Menurut Nina, yang juga Ketua PP Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi), penyakit sarkopenia umumnya terjadi pada lansia seiring bertambahnya usia. Pada periode itu, massa otot terus mengalami penurunan secara bertahap.

Baca juga:

Mengenal Lebih Jauh tentang Sarkopenia di Car Free Day Jakarta

Kiat cara cegah penyakit sarkopenia. (Foto: Merahputih.com/Febrian Adi)

Kondisi terbaik massa otot manusia umumnya berlangsung pada usia 20 hingga 30 tahun. Ketika memasuki usia 30 tahun, massa otot akan berkurang 2 sampai 3 persen per dekade. Kemudian di usia 40 tahun pengurangan massa otot mencapai 8 persen per dekade. Hingga pada usia 70 tahun tingkat penurunan massa otot akan mencapai hingga 15 persen per dekade.

Nina mengatakan sarkopenia bisa menjangkiti perempuan, oang dengan sejumlah penyakit kronis tertentu, hingga pasien yang mengonsumsi beberapa jenis obat. “Mereka yang lebih mudah untuk bisa sarkopenia yaitu usia lanjut 60 tahun ke atas, perempuan, mereka yag punya penyakit kronis seperti paru-paru, gagal ginjal, kencing manis, dan berbagai penyakit kronis lainnya serta konsumsi beberapa jenis obat,” jelas Nina.

Selain itu, Nina juga mengingatkan bagi orang-orang yang memiliki gaya hidup sedentary atau minim intensitas bergerak menjadi salah satu penyebab utama kemunculan risiko sarkopenia, terutama bila berlangsung selama lebih dari enam jam dalam sehari. Gaya hidup itu umumnya dijalankan para pegawai kantor yang menghabiskan waktunya tanpa banyak bergerak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik seperti berjalan atau naik turun tanggal di sela rutinitas kerja.

“Perbanyak jalannya. Jangan sampai benar-benar delapan jam itu duduk. Itu sudah masuk dalam gaya hidup sedentary,” lanjut perempuan yang juga menjadi dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Maka dari itu, Nina menyarankan untuk melakukan latihan fisik yang bisa dilakukan agar bisa mencegah risiko penyakit sarkopenia, antara lain olahraga aerobik dan olahraga resistensi seperti mengangkat beban yang idealnya dilakukan selama satu jam dalam sehari sebanyak lima kali per minggu.

“Saran dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) 150 sampai 300 menit per minggu. Olahraganya bervariasi ada aerobik untuk kekuatan otot, tulang, dan jantung kemudian ada olahraga resistensi untuk membentuk massa otot kembali,” lanjut Nina.

Baca juga:

Mengenal Penyakit Sarkopenia dan Cara Menghindarinya

Pengurangan massa otot biasa terjadi ketika memasuki usia 40 ke atas. (Foto: Unsplash/Towfiqu)

Jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan protein berkualitas tinggi yang bersumber dari daging, telur, serta kacang-kacangan.

“Protein dengan nilai biologis tinggi atau protein yang kualitas tinggi artinya dia itu asam amino esensial yang harus disuplai dari luar, tidak dibentuk sendiri oleh badan. Bersumber dari daging ikan, daging sapi, daging ayam, telur, dan aneka kacang-kacangan,” tuturnya.

Nina juga membagikan cara untuk mendeteksi gejala penyakit sarkopenia. Ia menyebut ada dua metode yang bisa digunakan. Pertama ialah denga memeriksa ukuran lingkar betis.

“Kalau laki-laki di bawah 34 sentimenter lingkar betisnya dan perempuan di bawah 33 sentimenter itu harus diperiksa,” jelasnya.

Kemudian metode kedua ialah melakukan pemeriksaan medis jika telah mengalami beberapa gejala seperti mudah lelah saat melakukan kegiatan yang membutuhkan kekuatan otot dan berkurangnya berat badan. (far)

Baca juga:

Cegah Osteoporosis sejak Dini

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Bagikan