Mengenal Lebih Jauh tentang Sarkopenia di Car Free Day Jakarta
Acara ini digelar di Car Free Day Jakarta. (Foto: Merahputih.com/Febrian Adi)
“BERGERAK adalah cara terbaik untuk hidup sehat,” ucap Sekretaris Jenderal PP PERGEMI Dr. dr. Kuntjoro Harimurti di depan puluhan orang-orang terutama lansia yang memperingati Hari Sarkopenia Sedunia di kawasan Car Free Day, Jakarta (2/7).
Bukan tanpa sebab, dr. Kuntjoro menyebutkan hal itu. Pasalnya menurut jurnal Acta Medica Indonesiana satu dari lima lansia di atas 40 tahun diprediksi mengalami apa yang dinamakan Sarkopenia. Yakni keadaan di mana terjadi penurunan bertahap pada massa, kekuatan, dan fungsi otot seiring bertambahnya usia.
Baca juga:
Mengenal Penyakit Sarkopenia dan Cara Menghindarinya
Mengingat dampak sarkopenia yang cukup besar bagi kesehatan secara umum terutama pada kelompok lansia, Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) ingin mengajak masyarakat luas untuk mulai memperhatikan masalah kesehatan otot, salah satunya sarkopenia ini. Walaupun lebih berisiko terjadi pada lansia, namun upaya-upaya pencegahannya harus dimulai dari usia muda
“Sarkopenia merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus masyarakat luas. Hal ini dikarenakan kesehatan otot tidak kalah penting dibandingkan kesehatan tulang. Bahkan kedua organ tersebut, otot dan tulang, harus sama-sama berfungsi agar seseorang bisa beraktivitas dengan baik dan aman,” ujar Ketua PP PERGEMI Dr. dr Nina Kemala Sari.
Seseorang yang mengalami sarkopenia akan terlihat otot-otot tubuhnya mengecil, kekuatan ototnya berkurang (yang dapat dilihat dari kemampuan genggam tangan dan mengangkat beban), serta mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari yang membutuhkan kekuatan otot yang baik seperti berjalan atau naik turun tangga.
Baca juga:
Selain itu, kondisi tersebut juga mengakibatkan seseorang rentan mengalami jatuh dengan berbagai dampak serius yang dapat ditimbulkan hingga meningkatkan risiko kematian pada orang dewasa.
Hal ini dapat terlihat dengan jelas pada tinjauan sistematis bukti ilmiah yang dilakukan oleh Xu J melalui jurnal publikasi di Karger Gerontology. Menurut jurnal tersebut, orang dewasa yang memiliki sarkopenia memiliki risiko kemarian dua kali lebih tinggi, dibanding dengan yang tidak sarkopenia.
“Peringatan perdana Hari Sarkopenia Dunia 2023 di Indonesia ini diharapkan menjadi momentum bersama agar kita lebih memperhatikan kesehatan otot dengan dimulai dari penerapan gaya hidup sehat sejak usia dini. Mari bersama-sama kita mencegah terjadinya sarkopenia sedini agar berkualitas hidup kita tetap baik di usia senja,” pungkas dr. Nina. (Far)
Baca juga:
\
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
DPRD Minta CFD Diperluas, Ingin Ondel-Ondel dan Tanjidor Jadi Bintang Baru Saat HBKB
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas