Vaksin Pfizer dan Moderna pada Bumil Juga Lindungi Bayi
Minggu, 03 Oktober 2021 -
SEMENJAK vaksin COVID-19 pada Desember 2020, para ahli kedokteran telah mendorong ibu hamil untuk segera mendapatkan vaksinasi COVID-19. Tidak hanya untuk melindungi dirinya sendiri, tetapi juga buah hati di dalam kandungan.
Keputusan itu didorong dengan pernyataan dari Centers for Disease and Prevention (CDC) yang mengatakan ibu hamil (bumil) memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi dan penyakit parah dari COVID-19 ketimbang mereka yang tidak hamil. Semenjak munculnya varian Delta, CDC juga melaporkan bahwa ibu hamil menjadi bertambah banyak yang terkena COVID-19, sedangkan angka vaksinasi yang diperoleh ibu hamil cenderung rendah.
Seperti dilansir Healthline, ibu hamil yang belum divaksinasi juga cenderung mengalami kelahiran prematur jika dibandingkan dengan mereka yang sudah divaksin.
Selain itu, penelitian terbaru dari New York University juga memberikan kesimpulan yang bisa menambahkan satu alasan lagi ibu hamil harus segera divaksin COVID-19. Menurut penelitian yang dipublikasi pada American Journal of Obstetrics & Gynecology Maternal-Fetal Medicine (AJOGMFM) itu, para peneliti di NYU menemukan ibu hamil yang sudah menerima vaksin Pfizer atau Moderna akan melahirkan anak yang memiliki antibodi yang lebih kuat.
Penelitian yang dipublikasikan pada The New England Journal of Medicine juga telah membuktikan bahwa vaksin Pfizer dan Moderna sangat aman dan efektif untuk ibu hamil maupun orang biasa.
"Kabar terbaik adalah ketika perempuan hamil mendapatkan vaksin, anak baru lahirnya memiliki antibodi yang melindunginya dari COVID. Mendapatkan vaksinasi COVID adalah keputusan yang menguntungkan untuk sang ibu dan bayi," ungkap Dr Sheryl Ross, OB-GYN di Providence Saint John's Health Center di California, kepada Healthline.
Penelitian ini melibatkan 36 anak bayi baru lahir yang ibunya telah mendapatkan salah satu vaksin mRNA. Hasilnya, semua bayi ini memiliki tingkat antibodi yang tinggi.
"Kekebalan akan diteruskan ke janin melalui tali pusar," ungkap Dr Daniel Roshan, OB-GYN ibu-janin berisiko tinggi yang berbasis di kota New York.
Meski begitu, para peneliti masih membutuhkan lebih banyak data lagi untuk memahami bagaimana vaksin mampu mempengaruhi tingkat kekebalan pada bayi yang baru lahir. (SHN)