Tsunami COVID-19 di Kudus Diduga Akibat Kegiatan Religi Pasca Lebaran

Jumat, 04 Juni 2021 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Penyebab lonjakan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah, diduga adanya tradisi ziarah dan kupatan yang dilakukan warga usai Idul Fitri 2021. Kedua tradisi tersebut memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat.

"Pada hari Rabu (1/6), kemarin saya mendampingi ketua Satgas beserta jajaran pimpinan BNPB dan TNI mengunjungi Kudus untuk melihat situasi terkini di sana," ujar Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (4/6).

Baca Juga

Kasus COVID-19 di Kudus Naik 30 Kali Lipat

Dari kunjungan tersebut didapatkan keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus pada tujuh hari pasca Lebaran.

"Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," jelasnya.

Kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan di daerah itu yang saat ini positif menderita COVID-19 yaitu sebanyak 189 orang.

Wiku mengungkapkan, jumlah kasus positif di Kudus melonjak secara signifikan dalam waktu sepekan. Kenaikannya disebut mencapai 30 kali lipat, yakni dari 26 kasus menjadi 929 kasus.

Ilustrasi - Ruang isolasi di RS Mardi Rahayu Kudus, Jawa Tengah. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Ilustrasi - Ruang isolasi di RS Mardi Rahayu Kudus, Jawa Tengah. ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif

Hal ini menjadikan kasus aktif di Kudus menjadi sebanyak 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positifnya.

"Ini adalah angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan kasus aktif nasional yang hanya 5,47 persen," papar Wiku.

Adanya kenaikan kasus positif ini menyebabkan keterisian tempat tidur ruang isolasi dan ruang ICU rujukan COVID-19 mengalami kenaikan tajam di Kudus. Bahkan, per tanggal 1 Juni lebih dari 90 persen dari seluruh tempat tidur terisi.

"Ini adalah kondisi yang sangat memprihatinkan," tegas Wiku.

Dia pun menuturkan, sebelum angka kasus COVID-19 mengalami kenaikan, Kudus berstatus zona oranye atau berisiko sedang terhadap penularan selama tiga pekan.

"Karena tidak ditangani dengan baik daerahnya berpindah ke zona merah," tambah Wiku.

Untuk membantu penanganan kenaikan kasus COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan dukungan dana siap pakai dan beberapa bantuan lain meliputi tenda isolasi, masker kain, dan hand sanitizer.

Menurut Wiku, berdasarkan zonasi kabupaten/ kota pun, Jateng memiliki satu kabupaten berzona merah yaitu Kudus. Kemudian, 10 kabupaten/kota berzona oranye yaitu Temanggung, Pemalang, Purworejo, Salatiga, Surakarta, Cilacap, Jepara, Kebumen, dan Sragen.

Sementara yang berzona kuning ada dua, yaitu, ada 2 kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. (Knu)

Baca Juga

Muncul Klaster COVID-19 di Lapas Kendal, ICJR Sayangkan Warga Binaan Tak Divaksin

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan