TNI Miliki Tim Cepat Insiden Keamanan Siber
Kamis, 10 Februari 2022 -
MerahPutih.com - Sepanjang 2021, BSSN mencatat terjadi 5.574 kasus peretasan, dengan 36,49 persen kasus peretasan melibatkan situs pendidikan tinggi, 25,1 persen melibatkan situs swasta, dan 18,23 persen melibatkan situs pemerintah daerah.
Mabes TNI meluncurkan tim respons insiden keamanan siber, Military Computer Security Insident Response Team (Mil-CSIRT) TNI untuk mengantisipasi ancaman keamanan siber.
Baca Juga:
Pentingnya Kolaborasi dan Inovasi untuk Hadapi Tantangan Keamanan Siber
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa menjelaskan, program Military Computer Security Insident Response Team ini sangat bagus, tetapi saat ini TNI memiliki banyak sekali keterbatasan termasuk sumber daya manusia (SDM).
Andika berharap BSSN dapat memandu TNI dengan mengirimkan timnya untuk selalu memberikan asistensi, karena BSSN mempunyai link secara internasional dan selalu mendapatkan update perkembangan siber yang memang sangat cepat.
"Saat perang terjadi, 'cyber warfare' sudah bertempur terlebih dahulu, namun alutsista (hardware) masih belum terlibat," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Deputi Operasi Keamanan Siber dan Sandi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ferdinand Mahulette mengungkapkan, pihaknya mencatat 1,65 miliar anomali trafik keamanan siber pada periode Januari-Desember 2021.
"Setiap saat bisa terjadi semacam anomali trafik yang membuat kita akan hidup was-was. Betapa banyak anomali trafik terjadi yang menyerang Indonesia telah lebih dari 1,6 miliar pada tahun 2021," ungkap Ferdinand.
Ferdinand mengungkapkan, sebesar 62 persen anomali trafik di Indonesia merupakan infeksi malware, 10 persen berasal dari aktivitas trojan, dan 9 persen berasal dari upaya pengumpulan informasi target.
"Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tantangan di dalam proses transformasi digital ini adalah bagaimana membangun kesadaran keamanan kepada seluruh pemangku kepentingan," katanya.
Tingginya persentase infeksi malware pada anomali trafik di Indonesia merupakan indikasi bahwa aktivitas pengguna di internet dibayangi oleh ancaman akan infeksi maupun pencurian informasi yang mungkin saja dilakukan melalui infeksi malware tersebut.
"Keamanan siber kita ini sangat rentan. Marilah kita sama-sama untuk mengamankan ini semua," ujarnya. (Knu)
Baca Juga:
Legislator PKS: Keamanan Siber di Indonesia Mengkhawatirkan