Strategi Menkeu Sri Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

Senin, 22 April 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS, pada perdagangan pekan ini masih berpeluang melemah dipengaruhi oleh konflik di Timur Tengah yang memanas. Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.300 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 16.200 per dolar AS.

Pada awal perdagangan Senin (22/4) pagi, rupiah naik 45 poin atau 0,28 persen menjadi Rp16.215 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.260 per dolar AS.

Baca juga:

Rupiah Melemah, BUMN Diperintahkan Bijak Membeli Dolar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel. Di mana, situasi global yang berkembang saat ini pasti akan berdampak pada perekonomian Indonesia, termasuk gejolak nilai tukar rupiah.

"Stabilitas ekonomi makro akan senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada. Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” kata Sri Mulyani dalam akun Instagram resmi @smindrawati.

Ia memaparkan, dari sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar yang menguat. Namun, di sisi impor, konversi harga terhadap rupiah akan lebih tinggi dan bisa berdampak pada inflasi di Indonesia.

Menkeu memastikan pemerintah terus mengantisipasi dan waspada terhadap perkembangan tersebut.

"Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini," ujarnya.

Tak hanya dalam kondisi saat ini, Bendahara Negara itu juga yakin perekonomian Indonesia tetap tangguh ke depannya, sama halnya dengan pengalaman melewati krisis pandemi lalu.

"Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus," tutur Menkeu.

Bank Indonesia (BI) memastikan stabilitas rupiah terjaga dalam mengantisipasi dampak dari ketidakpastian penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) dan ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah. (*)

Baca juga:

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Meningkat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan