Sri Sultan Bentuk Satgas Isoman untuk Tekan Kasus Kematian
Rabu, 28 Juli 2021 -
MerahPutih.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membentuk satuan tugas (satgas) khusus isoman. Satgas ini dibuat untuk menekan angka kematian akibat CoViD-19 pada pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan, satgas akan memantau kondisi para pasien isoman dan membantu memindahkan proses isolasinya ke selter-selter terpusat yang telah disiapkan.
"Jadi kesimpulannya, nanti akan dibentuk satgas yang akan menangani isolasi di selter terpusat. Nanti pihak kabupaten/kota yang mendata nama dan alamat dari mereka yang isoman dan membantu kami melakukan tracing bagi seluruh isoman," papar Sri Sultan melalui keterangan pers di Yogyakarta Rabu (28/07).
Baca Juga:
Sri Sultan Dorong RS Tambah Jumlah Tempat Tidur Isolasi hingga 40 Persen
Sri Sultan mengungkapkan, ada tiga selter terpadu yang akan menjadi tempat penampungan pasien isoman yang akan dipindahkan oleh satgas khusus. Yakni Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Balai Diklat PUPR di Jalan Ngeksigondo, Yogyakarta, dan asrama mahasiswa UNY. Total kapasitasnya tiga selter adalah 506 orang.
Ia melanjutkan, pasien isoman akan dibagi menurut gejala yang dialami. Mereka yang bergejala sedang akan dibawa ke selter terpusat, sedangkan yang bergejala berat akan dirujuk ke rumah sakit.
"Sehingga tinggal yang bergejala ringan saja yang boleh tetap isoman. Yang bergejala ringan ini juga akan tetap dipantau oleh kabupaten/kota dibantu oleh tenaga kesehatan yang nantinya dikoordinasikan dengan puskesmas terdekat. Secara prinsip itu yang sudah kita sepakati, dan pendekatan ini yang dinilai memungkinkan untuk lebih mudah dan berhasil dijalankan," jelas Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, penanganan pasien COVID-19 di DIY selama ini sudah dilakukan sesuai standar dan sudah dilakukan pemberian terapi tambahan untuk kasus yang berat.

Berdasarkan data yang dihimpun, dari total kasus kematian akibat COVID-19, yakni 2.780 orang, sebanyak 195 atau 7 persen kasus meninggal tidak diketahui tempatnya. Lalu sebanyak 695 atau 25 persen kasus meninggal di rumah atau isoman, dan 1.890 atau 68 persen meninggal di rumah sakit.
"Penyebab tingginya kasus kematian akibat COVID-19 di DIY dikarenakan beberapa alasan. Pertama, karena pasien meninggal mempunyai komorbid dan sudah berusia lanjut. Kedua, karena tidak mendapatkan oksigen, ketiga pasien belum mendapatkan vaksinasi. Alasan lainnya, karena pasien mengalami gejala ringan yang berkembang menjadi berat tetapi tidak terpantau optimal karena isolasi mandiri," papar Sri Sultan.
Selain pembentukan satgas, upaya lain yang dilakukan Pemda DIY untuk menekan angka kematian akibat COVID-19 secara keseluruhan di antaranya, meningkatkan pengawasan pada pasien dengan gejala ringan.
Apabila pasien sudah lansia atau mempunyai komorbid akan dirujuk untuk dirawat di rumah sakit. Selain itu, dilakukan pula upaya peningkatan akses layanan rujukan dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit rujukan COVID-19.
"Kami juga berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi rumah sakit rujukan, melakukan rekrutmen tenaga relawan, serta mengoptimalkan masyarakat untuk memanfaatkan selter untuk isolasi. Kami memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak isolasi di rumah. Selter-selter sudah tersedia tetapi baru dimanfaatkan sekitar 60 persen. Upaya terakhir, meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 maupun distribusi obat-obatan," papar Sri Sultan.
Baca Juga:
Dukung Perpanjangan PPKM, Muhammadiyah Minta Pemerintah Konsisten
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, kesimpulan dari banyaknya kasus pasien meninggal dunia saat menjalani isoman dikarenakan tidak dalam pengawasan tenaga kesehatan.
"Isoman tanpa pengawasan ternyata cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, tadi direkomendasikan agar para isoman bisa kita geser ke selter, atau justru kalau memang saturasinya sudah cukup rendah, maka sebaiknya masuk rumah sakit yang ada," katanya.
Terkait BOR rumah sakit yang hampir penuh, Aji menjelaskan, pihak rumah sakit akan melakukan pergeseran pasien. Bagi mereka yang sudah mulai membaik, akan dipindahkan ke selter, kemudian tempat yang kosong di rumah sakit akan diisi oleh para isoman yang punya gejala sedang sampai berat. (Teresa Ika/Yogyakarta)
Baca Juga:
Panglima TNI Beri Perhatian Khusus dalam Penerapan Prokes di DIY