Sering Kena Kipas Angin Sebabkan Bell's Palsy, Fakta atau Mitos?
Kamis, 20 Juni 2024 -
MerahPutih.com - Paparan langsung kipas angin dengan intensitas tinggi sering dikaitkan dengan risiko terkena Bell’s Palsy. Dilihat dari sisi medis, apakah hal ini fakta? atau hanya mitos belaka?
Laman National Center for Biologitechnology Information menjelaskan, di negara seperti Pakistan dan luar negeri lainnya Bell’s Palsy disebabkan karena intesitas paparan angin hal tersebut dibuktikan tidak benar.
Bell’s Palsy disebabkan oleh kondisi kelainan neurogenik dan bukan penyakit pembuluh darah. Kemudian menurut penjelasan yang dirangkum dari Healthline, bell’s palsy menunjukan suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan sementara atau kelumpuhan otot-otot di wajah. Ini mungkin terjadi karena infeksi virus atau bakteri.
Hal ini dapat terjadi ketika saraf yang mengontrol otot-otot wajah meradang, bengkak, atau tertekan. Akibatnya salah satu sisi menjadi kaku.
Baca juga:
Pekerja Shift Malam Lebih Rentan Terkena Diabetes dan Stroke
Pengidap bell’s palsy menjadi kesulitan untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi yang terkena. Dalam kebanyakan kasus, Bell’s palsy bersifat sementara dan gejala biasanya hilang dalam beberapa minggu atau bulan.
Namun tingkat keparahan bell’s palsy beragam. Mulai dari kelemahan ringan hingga kelumpuhan total. Semakin banyak peradangan dan kompresi yang dialami saraf wajah, cenderung semakin parah kelumpuhannya, dan semakin lama waktu yang dibutuhkan saraf untuk pulih dan berfungsi kembali.
Baca juga:
Pahami Gejala dan Risiko Stroke Ringan
Gejala bell’s palsy yang dapat dirasakan di antaranya kelemahan wajah, mulut yang murung, ketidakmampuan untuk membuat ekspresi wajah seperti tersenyum atau mengerutkan kening, kesulitan mengucapkan kata-kata tertentu, mata dan mulut kering, kesulitan makan dan minum, sakit kepala, hingga iritasi mata.
Baca juga:
Terapi Ringan yang Dianjurkan untuk Pengobatan Bell's Palsy
Guna penanganan bell’s palsy hal yang perlu dilakukan adalah pemberian obat kortikosteroid yang mengurangi peradangan, obat antivirus atau antibakteri jika virus atau bakteri penyebabnya.
Ada juga pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau asetaminofen yang dapat membantu meredakan nyeri ringan, obat tetes mata untuk menjaga agar mata yang terkena tetap terlumasi dengan baik. (tka)