Sering Kena Kipas Angin Sebabkan Bell's Palsy, Fakta atau Mitos?

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 20 Juni 2024
Sering Kena Kipas Angin Sebabkan Bell's Palsy, Fakta atau Mitos?

Bell's Palsy disebabkan oleh kondisi kelainan neurogenik dan bukan penyakit pembuluh darah.. (Pexels/Andrea Piacquadio)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Paparan langsung kipas angin dengan intensitas tinggi sering dikaitkan dengan risiko terkena Bell’s Palsy. Dilihat dari sisi medis, apakah hal ini fakta? atau hanya mitos belaka?

Laman National Center for Biologitechnology Information menjelaskan, di negara seperti Pakistan dan luar negeri lainnya Bell’s Palsy disebabkan karena intesitas paparan angin hal tersebut dibuktikan tidak benar.

Bell’s Palsy disebabkan oleh kondisi kelainan neurogenik dan bukan penyakit pembuluh darah. Kemudian menurut penjelasan yang dirangkum dari Healthline, bell’s palsy menunjukan suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan sementara atau kelumpuhan otot-otot di wajah. Ini mungkin terjadi karena infeksi virus atau bakteri.

Hal ini dapat terjadi ketika saraf yang mengontrol otot-otot wajah meradang, bengkak, atau tertekan. Akibatnya salah satu sisi menjadi kaku.

Baca juga:

Pekerja Shift Malam Lebih Rentan Terkena Diabetes dan Stroke

Pengidap bell’s palsy menjadi kesulitan untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi yang terkena. Dalam kebanyakan kasus, Bell’s palsy bersifat sementara dan gejala biasanya hilang dalam beberapa minggu atau bulan.

Namun tingkat keparahan bell’s palsy beragam. Mulai dari kelemahan ringan hingga kelumpuhan total. Semakin banyak peradangan dan kompresi yang dialami saraf wajah, cenderung semakin parah kelumpuhannya, dan semakin lama waktu yang dibutuhkan saraf untuk pulih dan berfungsi kembali.

Baca juga:

Pahami Gejala dan Risiko Stroke Ringan

Gejala bell’s palsy yang dapat dirasakan di antaranya kelemahan wajah, mulut yang murung, ketidakmampuan untuk membuat ekspresi wajah seperti tersenyum atau mengerutkan kening, kesulitan mengucapkan kata-kata tertentu, mata dan mulut kering, kesulitan makan dan minum, sakit kepala, hingga iritasi mata.

Baca juga:

Terapi Ringan yang Dianjurkan untuk Pengobatan Bell's Palsy

Guna penanganan bell’s palsy hal yang perlu dilakukan adalah pemberian obat kortikosteroid yang mengurangi peradangan, obat antivirus atau antibakteri jika virus atau bakteri penyebabnya.

Ada juga pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau asetaminofen yang dapat membantu meredakan nyeri ringan, obat tetes mata untuk menjaga agar mata yang terkena tetap terlumasi dengan baik. (tka)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Bagikan