Serangan Israel Makin Luas, Ancam Rebut Banyak Wilayah Gaza
Sabtu, 22 Maret 2025 -
MerahPutih.com - Serangan darat Israel di Gaza semakin meluas. Tak hanya menggempur wilayah utara, militer juga bergerak ke selatan, termasuk Rafah dan Beit Lahiya.
Di saat yang sama, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz melontarkan ancaman serius: jika Hamas tak segera membebaskan semua sandera, wilayah Gaza akan dicaplok permanen.
"Semakin Hamas menolak melepaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan kami ambil," ujar Katz seperti dikutip dari Aljazeera, Sabtu (22/3).
Ia juga menyebut kemungkinan menerapkan "rencana migrasi sukarela" yang sempat diusulkan mantan Presiden AS Donald Trump, yakni memindahkan warga Gaza ke selatan.
Baca juga:
Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan Lebih dari 70 Orang, Termasuk Bayi Baru Lahir
Di lapangan, bombardir udara masih terus berlangsung. Serangan udara Israel di kawasan Tuffah, Gaza utara, menewaskan lima orang, termasuk tiga anak-anak. Di selatan, tank Israel menembaki Abassan, menewaskan seorang ibu dan anaknya.
Sementara itu, warga Gaza kembali dikejutkan oleh invasi darat mendadak di Rafah dan Beit Lahiya pada Kamis malam. “Tak ada peringatan, tak ada selebaran. Mereka langsung masuk,” kata Hind Khoudary, jurnalis Al Jazeera dari Gaza tengah.
Sejak Israel memutus gencatan senjata dua bulan pada Selasa lalu, lebih dari 590 warga Palestina tewas, termasuk sekitar 200 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Israel mengklaim serangan dilanjutkan karena Hamas menolak usulan gencatan senjata terbaru yang diajukan AS.
Di tengah serangan yang menggila, situasi kemanusiaan di Gaza makin kritis. Bantuan pangan, obat, dan bahan bakar tak lagi masuk sejak awal Maret.
Baca juga:
Ratusan Tewas dalam Serangan Israel di Gaza, Netanyahu Sebut 'Baru Permulaan'
“Inilah masa terpanjang tanpa pasokan apa pun sejak perang dimulai Oktober lalu,” ujar Sam Rose dari UNRWA. Enam dari 25 roti bantuan PBB pun tutup karena kehabisan bahan bakar.
Tenaga medis kewalahan. Tak ada truk bantuan medis yang masuk selama 18 hari. “Mayoritas korban luka adalah anak-anak, perempuan, dan lansia,” ujar Khoudary. Rumah sakit kini berada di ambang kolaps.
Blokade total terhadap bantuan ini memicu kecaman dunia. Sejumlah negara Eropa memperingatkan bahwa langkah Israel berpotensi melanggar hukum kemanusiaan internasional. (ikh)