Satgas COVID-19 Klaim PPKM Mampu Tekan Angka Penyebaran COVID-19

Kamis, 04 Februari 2021 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Satgas COVID-19 melakukan monitoring perubahan perilaku masyarakat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Selain itu, dalam 2 minggu ini sudah ada perubahan perilaku masyarakat tapi belum dikatakan berhasil.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pihaknya optimistis atas perubahan perilaku ini. Menurutnya, PPKM akan berdampak jika masyarakat patuh pada protokol kesehatan.

Baca Juga

Laju COVID-19 di Jakarta Harus Direm, Wagub DKI: Bukan Mau Tinggi-tinggian

"Pembatasan kegiatan ini akan berdampak lebih signifikan lagi terhadap perkembangan kasus positif serta kebutuhan protokol kesehatan apabila terus dilakukan dengan disiplin oleh seluruh lapisan masyarakat," ucap Wiku, Kamis (4/2).

Satgas COVID-19 mengharapkan pelaksanaan PPKM yang masih terus berlangsung hingga dua pekan ke depan dapat terlaksana dengan lebih efektif dan disiplin. Sehingga dapat menurunkan penularan COVID-19.

“Cara terbaik untuk memastikan efektivitas kebijakan ini adalah dengan pembatasan mobilitas dan penegakan kedisiplinan protokol kesehatan yang tegas,” ujar Wiku Adisasmito.

Wiku pun memaparkan dampak dari penerapan PPKM Jawa-Bali berbasis analisis data, yakni berdasarkan perkembangan kasus aktif serta keterpakaian tempat tidur di ruang isolasi dan ICU rumah sakit (RS) tujukan COVID-19 di tingkat nasional.

Operasi Yustisi. (Foto: MP/Ismail)
Operasi Yustisi. (Foto: MP/Ismail)

Persentase kasus aktif harian selama periode PPKM Jawa-Bali jilid 1 dan 2 masih menunjukkan tren yang fluktuatif namun cenderung stagnan.

Pada dua pekan pertama di Januari 2021 sebelum pelaksanaan PPKM jilid 1, terdapat selisih persentase kasus aktif sebesar 1,76%.

Sedangkan pada dua pekan pelaksanaan PPKM Jawa-Bali jilid 1, selisih persentase kasus aktif harian mengalami penurunan signifikan, yaitu 0,45%.

“Hal ini menandakan bahwa selama periode pembatasan kegiatan dua minggu ini, perkembangan kasus aktif dan cenderung lebih melandai dibandingkan periode sebelumnya,” terang Wiku Adisasmito.

Kemudian jika dilihat pada perkembangan tren keterisian tempat tidur, Wiku menerangkan ruang isolasi di RS rujukan COVID-19 secara nasional, maka terjadi penurunan persentase keterisian yang cukup drastis. Yakni sejak awal pelaksanaan pembatasan kegiatan hingga pada akhir minggu kedua pada 31 Januari lalu.

Selisih penurunan keterisian tempat tidur ruang isolasi pada dua pekan pertama bulan Januari adalah sebesar 0,72%.

Sedangkan setelah pelaksanaan dua pekan periode PPKM Jawa-Bali jilid 1, terjadi selisih penurunan yang jauh lebih besar yaitu 8,1%, bahkan angka ini hampir 12 kali lipat dari selisih sebelumnya.

Selanjutnya, jika dilihat pada perkembangan tren keterisian tempat tidur di ruang ICU, Wiku mengungkapkan, maka terdapat sedikit perbedaan dari dua indikator sebelumnya.

Keterisian tempat tidur di ruang ICU memperlihatkan tren yang cukup stagnan pada dua pekan pertama bulan Januari. Kemudian sempat meningkat tajam pada satu pekan pertama pelaksanaan PPKM, dan pada akhirnya turun perlahan di pekan kedua.

Peningkatan tajam terjadi pada hari ke-9 pelaksanaan pembatasan kegiatan yaitu mencapai 69,19%.

"Angka ini kemudian kembali menurun sebesar 6,23% atau berada di angka 62,96% pada akhir minggu kedua pelaksanaan,” papar Wiku Adisasmito.

Menurut Wiku, data menunjukkan intervensi pemerintah dalam menambah tempat tidur di ruang isolasi dan ruang ICU RS tujukan cukup berhasil dalam menurunkan angka keterisian tempat tidur.

“Namun kita tidak berpuas diri dalam keadaan menurunnya keterisian tempat tidur ini mengingat kasus aktif harian belum menurun,” tegas Wiku Adisasmito. (Knu)

Baca Juga

Wali Kota Solo Klaim PPKM Mampu Tekan Penyebaran COVID-19

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan