Petugas Medis Jadi Korban Corona, Pemerintah Dianggap Lalai dan Gagal

Senin, 23 Maret 2020 - Eddy Flo

MerahPutih.Com - Koalisi Masyarakat Sipil "Indonesia Bergerak" menyesalkan atas meninggalnya sejumlah dokter dan perawat yang bertugas melayani pasien Covid-19.

Koalisi yang terdiri dari WALHI, Ecosoc Institute, Gusdurian dan Perkumpulan Skala ini menilai, salah satu penyebab kejadian tragis ini adalah kelangkapan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis di garis depan di berbagai rumah sakit.

Baca Juga:

Daerah-Daerah yang Belum Terkena Virus Corona Diminta Hati-Hati

Kelangkaan alat pelindung diri ini lebih disebabkan oleh lonjakan drastis kebutuhan APD yang terjadi karena tenaga medis bekerja serentak melayani ribuan pasien.

"Pemerintah gagal mengantisipasi ledakan kebutuhan ini," kata anggota koalisi, Nur Hidayati dalam keterangannya, Minggu, (22/3).

Nur Hidayati melanjutkan, situasi kelangkaan APD ini jelas membahayakan keselamatan tenaga medisa yang tengah berjuang menyembuhkan para penderita.

Perlengkapan medis yang diperlukan dalam penanganan pasien corona
Perlengkapan yang diperlukan dalam penanganan pasien corona (MP/Kanu)

"Apabila tidak segera diatasi, kondisi ini berisiko membuat jebolnya pertahanan bangsa Indonesia terhadap COVID-19," jelas dia.

Anggoga koalisi lainnya, Monica Tanuhandaru mendesak pemerintah segera mengadakan APD dari berbagai sumber, baik impor maupun menggerakkan produksi APD dengan melibatkan perusahaan tekstil di berbagai daerah, termasuk UMKM. Tentunya dengan standar teknis dan sesuai persyaratan WHO.

"Pemerintah perlu melibatkan pihak swasta, ahli tekstil, ahli kesehatan, organisasi kesehatan yang relevan untuk mendorong terwujudnya pengadaan dan produksi APD yang sangat urgen ini," jelas Monica.

Ia menyebut, pemerintah perlu segera mendistribusikan APD ke semua rumah sakit yang terlibat dalam respon terhadap Covid19, sekaligus melarang penjualan APD dengan harga yang tidak wajar;

"Pemerintah memfasilitasi dan mengatur rumah sakit dan program respon COVID-19 untuk mengatur lebih baik jadwal tenaga kesehatan guna memastikan ketersediaan waktu istirahat dan pemulihan tenaga," imbuh Monica.

Allisa Wahid dari jaringan Gusdurian meminta pemerintah memastikan semua rumah sakit dan program respon COVID-19 menerapkan protokol untuk secara lebih ketat melindungi tenaga medis dari penularan.

"Selain itu, tenaga medis perlu mendapatkan insentif dan apresiasi sebagai pasukan yang bekerja di garda depan melawan Covid19," sebut Allisa yang juga putri presiden keempat Abdurahman Wahid ini.

Ia berharap, pemerintah menggerakkan korps pekerja sosial guna menjadi mitra sejawat bagi para tenaga medis dalam mengelola tingkat stress dan menguatkan strategi koping dan pemeliharaan diri yang memadai.

Baca Juga:

Pemerintah Klaim Wisma Atlet Layak Jadi RS Darurat Penanganan Corona

Tiga dokter dikabarkan mengembuskan napas terakhir akibat terinfeksi Corona COVID-19.Kabar yang beredar ada tiga, yaitu dokter spesialis saraf Hadio Ali Khazatsin, spesialis bedah Djoko Judodjoko, dan spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) Adi Mirsa Putra.

Dari informasi yang diperoleh, dokter Hadio dan Adi Mirsa sempat mendapat perawatan di RSUP Persahabatan, sedangkan dokter Djoko mengembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Sementara, seorang perawat di Merauke positif corona setelah merawat salah satu pasien corona yang baru saja dari acara pertemuan di Bogor.(Knu)

Baca Juga:

Makin Meluas, Dua Warga Papua Positif Corona

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan