Perbankan Tolak Beri KPR untuk Tukang Klontong, Nelayan, dan Sopir Angkot

Kamis, 10 September 2015 - Luhung Sapto

MerahPutih, Bisnis-Pekerja informal seperti tukang klontong, nelayan, dan sopir angkot masih sulit mendapatan hunian ideal. Pasalnya, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ini kerap ditolak bank saat mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).   

Direktur Pemasaran Perumnas Muhammad Nawir mengungkapkan ada 60 persen dari 13,5 juta Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang kesulitan dalam mendapatkan rumah dengan fasilitas KPR. 

"Mereka sering datang ke kantor Perumnas, mereka mengadu kepada saya ingin punya rumah melalui KPR. Mereka mengatakan kedatangan mereka karena mereka mengetahui adanya PMN (Penyertaan Modal Negara) Rp1 triliun yang digunakan sebagai subsidi rumah murah bagi MBR. Hanya saja berdasarkan data, para MBR itu pekerja informal. Otomatis tidak ada fasilitas untuk mereka," kata Nawir dalam Indonesia Banking Expo (IBEX), di JCC, Jakarta, Kamis (10/9).

Pekerja informal merupakan pekerjaan yang tidak memiliki penghasilan tetap lantaran ini secara otomatis membuat MBR pekerja informal sulit mendapatkan hunian melalui fasilitas KPR. Berdasarkan data Perumnas, sebanyak 60 persen MBR yang mengadu ke Perumnas berasal dari daerah terpencil. "Ini yang menjadi penyebab backlog (kekurangan perumahan)," lanjutnya. 

Ini menjadi PR bagi pemerintah dan perbankan. Para pekerja informal seharusnya juga bisa mendapatkan rumah murah yang disubsidi pemerintah melalui KPR.

"Saya sangat berharap Pemerintah dan perbankan bisa bekerjasama agar dapat membuat sebuah paket. Supaya masyarakat informal ini mampu membeli rumah dengan harga yang terjangkau," katanya.(rfd)

Baca Juga: 

REI Minta Pemerintah Turunkan Uang Muka KPR

Harga Tanah Dan Perizinan Tinggi Penyebab Mahalnya Rumah Murah

Ini Alasan Bank Syariah Lebih Tahan Krisis

RUPSLB Bank Bukopin Tunjuk Tri Joko Prihanto Jadi Komisaris Utama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

     

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan