Nasdem Gandeng Partai Oposisi, Poros PDIP Diprediksi Bakal Keok di Pilpres 2024

Jumat, 08 November 2019 - Andika Pratama

MerahPutih.com - Pengamat Politik Jerry Massie menilai, manuver politik Ketua Umum Nasdem Surya Paloh tak lepas dari ambisi pribadinya membuat poros politik baru di luar PDIP dan Gerindra. Ambisi Surya ini tak lepas dari usahnya menuju Pilpres 2024.

"Bisa saja jika NasDem mencari teman politiknya untuk memuluskannya di 2024. Nah ini strategi mulai dibangun NasDem," ucap Jerry kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/11).

Baca Juga

Hubungan Megawati-Surya Paloh Seperti Api Dalam Sekam

Jerry menambahkan, hal itu dilakukan karena NasDem merasa cukup kuat dengan raihan suara di parlemen. Sehingga dengan menggandeng sejumlah partai oposisi maka mereka bisa memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.

Diketahui, dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menyebutkan bahwa partai politik atau gabungan partai politik harus mengantongi 20% kursi DPR atau 25% suara sah nasional untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres di pemilu.

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kedua kiri) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman (tengah). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kedua kiri) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman (tengah). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Adapun pada Pemilu 2019 lalu, NasDem menduduki peringkat lima secara nasional dengan meraih suara sebesar 9,05%. Sementara PKS di posisi kedelapan dengan memperoleh 8,21% suara.

Baca Juga

Mardani: Sindiran Jokowi Soal Kemesraan Surya Paloh-PKS Hanya Gurauan

Apabila dikonversi menjadi kursi DPR, maka Partai NasDem berhasil meraih 59 kursi atau 10,53% kursi DPR. Sedangkan, PKS meraih 50 kursi atau sekitar 8,7%. Jika digabungkan, keduanya sudah mendapatkan 19,23% kursi DPR dan nyaris memenuhi ambang batas untuk mencalonkan capres-cawapres.

"Di parlemen contohnya, PKS sama NasDem gabung sekitar 19%. Untuk mencalonkan presiden 20%, tinggal 1%, satu partai gabung aja, contohnya Demokrat atau PAN, sudah gol (bisa mengusung capres-cawapres)," jelasnya.

Pria asal Manado ini mengungkapkan, Surya Paloh melihat peluang besar itu sehingga ia mulai melakukan penjajakan sejak dini.

"Surya Paloh membaca ke depan ini Jokowi sudah tak bisa lagi nyalon karena sudah dua periode kan, jadi dia tinggal nyari koalisi dan memunculkan nama-nama," kata dia.

Baca Juga

Nasdem Sebut Hubungan Jokowi-Surya Paloh Seperti Abang dan Adik

Ia lantas melihat, ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi manuver Partai NasDem melakukan pertemuan dengan PKS dan berencana melanjutkan safari politik ke PAN.

Ada kemungkinan NasDem kecewa dengan masuknya Partai Gerindra dalam kabinet dan mendapat jatah dua kursi menteri dari Jokowi.

Padahal sebelumnya Gerindra merupakan oposisi bahkan Ketumnya Prabowo Subianto adalah rival Jokowi di Pilpres 2019 lalu.

"Kekecewaan sebetulnya NasDem itu karena Gerindra dapat 2 jatah, maunya sih NasDem kan karena berjuang (memenangkan Jokowi) kan, jadi saya nilai wajar kalau Surya Paloh kecewa," kata Jerry.

Baca Juga

Kursi Jaksa Agung Jadi Pemicu Perang Dingin Megawati-Surya Paloh?

Karenanya, Jerry menyebut NasDem bermanuver untuk mencari perhatian dari Jokowi agar NasDem mendapat posisi lebih di kabinet jika nanti ada resuffle.

"Mungkin dengan jalan ini nggak tahu ke depan ada di resuffle kabinet, ada lagi orang NasDem yang masuk," ujar Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies itu ini. (Knu)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan