Menyelami 150 Jenis Autoimun
Jumat, 08 Oktober 2021 -
PENGIDAP penyakit autoimun mengalami peningkatan signifikan beberapa waktu belakangan ini. Menurut informasi yang dilansir dari The Lupus Foundation of America, ada sekitar 16 ribu kasus baru penyakit autoimun lupus setiap tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun saat ini masih rendah karena gejalanya yang bervariasi dan menyerupai beragam penyakit lainnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dosen kedokteran, Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI menjelaskan bahwa penyakit autoimun merupakan kondisi sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh sendiri karena tidak dapat membedakan antara sel asing dan sel tubuh sendiri.
Baca Juga:
"Sistem kekebalan tubuh salah mengira bagian tubuh sendiri, seperti persendian atau kulit, sebagai benda asing dan melepaskan protein yang disebut autoantibodies untuk menyerang sel-sel sehat," tuturnya dalam DBS eTalk series, Kamis (7/10).

Ragam penyakit autoimun pun bermacam-macam. Ada lebih dari 150 jenis penyakit autoimun yang diketahui. Penyakit ini bisa dikenali lewat sejumlah tanda-tanda. Misalnya, kelelahan, otot pegal, bengkak dan kemerahan. Pada beberapa kasus penderita autoimun juga mengalami demam ringan, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, rambut rontok, serta ruam kulit.
Yang membuatnya menjadi berbahaya adalah penyakit autoimun dapat menyebabkan timbulnya penyakit lainnya, atau bahkan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik dan tepat. "Pasien dapat menjalani hidup dengan baik dan nyaman jika terdiagnosis sejak awal serta mendapatkan perawatan yang tepat secara konsisten,” ujarnya.

Dalam bincang-bincang tersebut, Puteri Indonesia 2009 dan Duta Autoimmune Indonesia, Qory Sandioriva menceritakan pengalaman pribadinya terkait penyakit autoimun yang ia derita sejak usia 16 tahun. Dirinya mengisahkan bagaimana autoimun memengaruhi dirinya yang semula aktif berolahraga menjadi mudah lemah. Penyakit tersebut membuatnya di ambang hidup dan mati.
"Saya yang dulunya sering olahraga di luar rumah, tiba-tiba mengalami sakit kepala hebat, sering pingsan dan badan terasa mudah kelelahan bahkan sesak nafas," kisahnya.
Baca Juga:
Namun, penyakit autoimun yang diidapnya tidak langsung dengan mudah terdeteksi sejak awal. "Pada waktu itu, dokter mendiagnosa saya menderita darah rendah, tapi hasil laboratorium menunjukkan hasil yang normal," lanjutnya.
Momen penobatan Puteri Indonesia yang seharusnya disambut suka cita justru menjadi petaka tersendiri bagi Qory yang saat itu masih berusia 17 tahun. Kondisi kesehatannya memburuk dengan gejala seperti kulit terasa perih, ngilu sendi dan tulang, otot dan saraf kaku, hingga mengalami koma selama 3-4 hari. Berat badannya pun turun drastis sebanyak 10 kilogram.

"Setelah beberapa kali salah diagnosis, seperti Thypus, Demam Berdarah, hingga akhirnya salah satu dokter menyatakan saya terkena Systemic Lupus Erythematosus tahap awal atau Early Lupus," jelas Qory.
Qory merasakan bagaimana tiga organ yang masih dalam tahap penyembuhan, bertambah menjadi tujuh organ. Ia pun melakukan segala upaya agar penyakit autoimun tersebut tidak kembali mengganggu aktivitasnya. Sayangnya, penyakit tersebut sempat kembali muncul akibat dirinya terpapar COVID-19 pada pertengahan 2021 lalu. (avia)
Baca Juga:
Belajar dari Pengalaman Langsung Kesembuhan Penyintas COVID-19