Menilik Asal Muasal Udeng, Ikat Kepala khas Bali

Jumat, 27 September 2024 - Ananda Dimas Prasetya

Merahputih.com - Ekspresi kebudayaan dan nilai spritual melalui penutup kepala coba direprsentasikan melalui Udeng oleh mayarakat Bali.

Dilansir laman Indonesia.go.id, udeng terbuat dari kain dan dibentuk secara manual, estetika tinggi dan penuh makna kesabaran.

Udeng merupakan pernak pernik yang hanya diperuntukan bagi kaum laki-laki Bali. Penutup kepala ini tak hanya digunakan oleh orang dewasa, anak-anak juga menggunakannya.

Baca juga:

Perbedaan Gamelan Bali dan Jawa

Udeng dibuat dari kain panjang 50 sentimeter dan cara pembuatannya juga tak bisa dilakukan sembarangan. Hadir dalam beragam corak dan bentuk, misalnya sari warna ada putih, hitam, ataupun bermotif batik.

Udeng berwarna putih sebagai makna kembali kepada fitrah, kejernihan, dan kedamaian pikiran, serta kemurnian diri. Sementara udeng berwarna hitam dan bataik diperuntukan untuk kegiatan sosial.

Baca juga:

Mengenal Sate Lilit khas Bali, Kuliner Sakral Penuh Nilai Spiritual

Udeng juga simbol dari ngiket manah atau pemusatan pikiran. Lekukan yang ada pada udeng khas Bali juga memiliki makna tersendiri.

Misalnya, bentuk Udeng tak simetris dengan ditinggikan pada bagian kanan diartikan mendorong pemakainya untuk selalu berusaha melakukan kebaikan sebagai representasi arah kanan, merepresentasikan dewa Wisnu.

Udeng dengan ikatan yang sengaja ditempatkan pada bagian tengah kening. Ikatan ini bermakna untuk memusatkan pikiran.

Baca juga:

Menilik Keindahan Arsitekstur Rumah Adat Angkul-Angkul khas Bali

Selanjutnya, ada pula ikatan yang sengaja ditujukan untuk menunjuk ke atas, merupakan representasi dari pemikiran lurus ke atas sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan.

Lalu udeng dengan tarikan sebelah kiri menjadi lambang dari Brahma. Untuk tarikan pada ujung kain ke arah bawah direpesentasikan sebagai Siwa. (Tka)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan