Mencicip Wine dari Angkasa Luar

Rabu, 07 April 2021 - Ananda Dimas Prasetya

MINUMAN anggur (wine) akan terasa lebih enak jika disimpan dalam waktu yang lama. Semakin tua umurnya, semakin nikmat pula rasanya. Hal ini terjadi karena adanya reaksi kimia yang terjadi antara gula, asam, dan substansi yang dikenal sebagai phenolic compounds. Dalam waktu lama, kombinasi tersebut akan memunculkan rasa minuman anggur yang sedap.

Biasanya, wine akan disimpan dalam gudang anggur yang memiliki pengaturan sistem iklim. Tujuannya agar temperatur dan tingkat kelembapannya sesuai untuk menjaga kualitas anggur. Tapi ini sudah biasa.

Baca juga:

Manfaat Red Wine Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui

Beberapa waktu lalu, sebuah wine dikabarkan disimpan di angkasa luar dan mengorbit planet Bumi selama setahun. Kira-kira seperti apa ya rasanya?

Mencicipi Wine dari Angkasa Luar
Pada 2019, Space Cargo Unlimited meluncurkan 12 botol wine ke angkasa luar untuk percobaan. (Foto: Twitter/@WineLandSA)

Pada November 2019, seperti dikutip dari laman Travel and Leisure, SpaceX meluncurkan 12 botol anggur, 320 merlot dan cabernet sauvignon vine ke angkasa luar untuk sebuah percobaan yang dilakukan oleh perusahaan rintisan Space Cargo Unlimited.

Bukan untuk diminum astronaut, melainkan untuk disimpan di Stasiun Angkasa Luar Internasional yang sedang mengorbit Bumi. Kemudian pada Januari 2021, minuman anggur tersebut akhirnya kembali ke Bumi, tepatnya di teluk Meksiko. Baru lah pada April ini, mereka menyicipinya dan memberitahukan rasanya.

Sommelier di Institute for Wine and Vine Research Bordeaux membuka wine Petrus Pomerol seharga US$5,890 (Rp85,5 juta) dan melakukan uji coba. Dengan mata tertutup, para ahli wine itu membandingkan rasanya dengan sebotol anggur bermerek sama yang telah disimpan di gudang bawah tanah.

Baca juga:

Pada Porsi yang Wajar Bir dan Wine Memberikan Manfaat

Mencicipi Wine dari Angkasa Luar
Panelis menyebutkan rasanya seperti jeruk terbakar dan api unggun. (Foto: Space Cargo Unlimited)

12 panelis yang terpilih punya berbagai reaksi mengenai wine angkasa luar itu. Ada yang menyebutkan bahwa aromanya seperti kulit, jeruk terbakar, atau api unggun. "Yang berasal dari Bumi masih sedikit lebih tertutup, sedikit lebih pekat, sedikit lebih muda. Dan yang dari angkasa, taninnya telah melunak, sisi aromatik bunga lebih keluar," ucap penulis wine dan salah satu panelis, Jane Anson.

Anggur yang tersisa akan menjalani pengujian kimia selama berbulan-bulan. Peneliti akan mengeksplorasi bagaimana penuaan di angkasa luar memengaruhi sedimentasi dan gelembung proses. Temuan dari penelitian ini dapat digunakan untuk mencari tahu penuaan wine secara artifisial di masa depan. Atau untuk membantu menumbuhkan tanaman yang lebih kuat di tengah ancaman perubahan iklim yang mengintai pertanian.

Sayangnya, studi ini kemungkinan akan memakan waktu setidaknya satu dekade sebelum bisa diimplementasikan ke dalam penggunaan praktis. Meski begitu, setidaknya hal ini memberi harapan dan pelajaran baru dalam bidang pertanian serta perkebunan. (sam)

Baca juga:

Sababay Wine, dari Lahan Negeri Aing ke Lidah Dunia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan