Masyarakat Nekat Mudik karena tak Ada Jaminan Hidup dari Pemerintah

Selasa, 05 Mei 2020 - Andika Pratama

Merahputih.com- Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah, menilai pemerintah tak bisa seenaknya melarang dan menghambat orang untuk mudik. Pasalnya, mereka memiliki alasan tersendiri untuk pulang ke kampunh halaman, salah satunya karena kesulitan ekonomi di ibu kota.

Menurur Trubus, banyaknya masyarakat yang nekat mudik disebabkkan ketidakpastian hidup di kota. Pasalnya, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan di tengah pandemi COVID-19. Sementara itu, bantuan sosial yang diberikan pemerintah banyak tidak tepat sasaran dan mengalami keterlambatan pendistribusian.

Baca Juga

DPRD DKI Desak Dishub Gencarkan Sosialisasi Larangan Mudik

"Kemudian, bansos yang dijanjikan pemerintah banyak yang enggak tepat sasaran," kata Trubus kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/5).

Tak hanya itu, masyarakat Indonesia menganggap mudik merupakan bagian tradisi yang wajib dilakukan. Alasannya, mudik adalah bagian dari silaturahim dengan sanak keluarga di kampung halaman.

"Mudik adalah bagian dari tradisi. Jadi, mereka menganggap itu bagian dari silaturahim, memang setiap tahun mereka mudik," kata pengajar Universitas Trisakti ini.

Trubus
Trubus Rahadiansyah

Sehingga, masih banyak masyarakat nekat mudik dengan melintasi jalur-jalur tikus atau mengelabui polisi yang berjaga di pos-pos penyekatan.

Trubus berujar, masyarakat membutuhkan jaminan untuk bisa melangsungkan hidup di kota rantau. Sehingga, mereka nekat mudik untuk tetap bertahan hidup.

"Enggak ada jaminan dari pemerintah. Jadi, pemerintah enggak punya kemampuan untuk memberikan rasa nyaman, memberikan kepastian kepada para pemudik itu," ujar Trubus.

Trubus menilai, saat ini penyekatan bagi para pemudik di jalur-jalur tikus masih lemah dibandingkan penyekatan kendaraan di pintu tol dan jalur protokol.

"Pemerintah selama ini hanya ketat di jalan tol, jalan protokol, jalan utama, jalan nasional. Tapi, jalan-jalan arteri, jalan tikus relatif lama, malah enggak ada pengawasan juga. Ini yang menyebabkan mereka lolos untuk mudik," ungkap Trubus.

Petugas Polantas Polres Sukabumi Kota saat memerintahkan kendaraan pemudik yang hendak masuk Kota Sukabumi, Jawa Barat memutar balik untuk kembali ke daerahnya masing-masing. (Antara/Aditya Rohman)
Petugas Polantas Polres Sukabumi Kota saat memerintahkan kendaraan pemudik yang hendak masuk Kota Sukabumi, Jawa Barat memutar balik untuk kembali ke daerahnya masing-masing. (Antara/Aditya Rohman)

Seperti diketahui, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya masih mendapati warga yang hendak mudik. Hal itu diketahui dari masih adanya kendaraan yang mencoba keluar Ibu Kota dan daerah penyangga, Minggu 3 Mei 2020.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, tercatat ada 895 kendaraan yang berupaya keluar Jakarta dan sekitarnya.

Baca Juga

Pemprov DKI Tindak 841 Perusahaan Langgar PSBB, 141 Ditutup Sementara

Jumlah ini lebih sedikit ketimbang hari sebelumnya sebanyak 933 kendaraan. Rinciannya, 117 kendaraan mencoba keluar Jakarta lewat Pintu Tol Cikarang Barat arah Jawa Barat.

Kemudian, sebanyak 142 lewat Tol Bitung arah Merak. Pada hari ke-10 penyekatan didapati warga lebih banyak coba mudik lewat jalur arteri. Tercatat ada 636 kendaraan lewat jalur arteri. (Knu)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan