Kisah Keluh Kesah sang Sopir Anggota Dewan
Kamis, 23 April 2015 -
MerahPutih Nasional - Menjadi sopir anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tak tentu menjamin kenyamanan berkerja. Banyak keluh kesah yang dialami para pekerja yang saban hari mengantar perwakilan rakyat bekerja.
Roni, sopir salah seorang anggota Komisi I DPR, mengaku tak jarang dimarahi majikannya. "Dimarahi kalau salah jalan karena buru-buru, di Jakarta karena belum tahu jalan juga," tuturnya kepada Merahputih.com di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4).
Roni berkisah, tiap seminggu sekali dirinya menjenguk istri dan dua anaknya di Pandeglang, Banten. Pasalnya, selama bertugas, ia tidak bersama dua orang kesayangannya tersebut. Selama bertugas itu, ia tinggal di komplek perumahan DPR, Kalibata. Meski diberi fasilitas tinggal, ia mengaku ada hal yang kerap membuatnya gundah. "Enggak senangnya kalau nyuci mobil," katanya.
Kisah tak jauh berbeda juga dituturkan Nursani, sopir yang baru sebulan mengabdi pada salah seorang anggota Komisi VII DPR. Dia merasa tak jauh beda dengan sopir di sebuah perusahaan karena jarang mendapatkan uang tambahan. "(Uang tips) jarang sekali. Tapi suka ngasih kadang Rp100.000," katanya.
Lain lagi keluh kesah Kusnandar, sopir salah seorang anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dia tidak bercita-cita menjadi seorang sopir anggota dewan. Pekerjaan yang ia geluti sekarang hanya sebagai langkah memenuhi kebutuhan ekonomi semata. "Pengennya jadi DPRD atau lurah. Kalau ijazah ada, mau sekolah kan ada kampus terbuka ya," katanya. (mad)
Baca Juga: