Kerap Terabaikan, Gangguan Pascamelahirkan ini Pengaruhi Cara Ibu Merawat Anak
Selasa, 09 Maret 2021 -
MASA pasca persalinan adalah fase kehidupan baru bagi seorang perempuan. Penelitan menunjukkan 1 dari 7 perempuan, mengalami depresi atau kecemasan (anxiety) selama kehamilan atau pasca melahirkan, kelelahan, gangguan nafsu makan atau tidur, perubahan suasana hati, perasaan kewalahan mengurus bayi, dan disfungsi seksual. Sayangnya hal-hal tersebut kerap kali terlewatkan saat pemeriksaan pasca melahirkan.
Baca juga:

"Peran suami, orang tua, teman atau support system lainnya sangat dibutuhkan. Para support system ini pun harus bisa menjadi pendengar yang baik segera mendeteksi adanya perubahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan agar bisa segera mencarikan solusi terbaik bagi ibu. Ibu yang bahagia akan mencetak anak dan keluarga yang berbahagia juga. Happy wife happy life,” ujar dr. Ni Komang Yeni DS, Sp.OG, MM, MARS, CEO Klinik Health360 Indonesia dalam virtual conference press Selasa (9/3).
Lebih lanjut ia mengatakan agar tercapai kesehatan fisik, emosional, dan psikologis terbaik untuk setiap individu dan bayi baru lahir dibutuhkan pendekatan berbasis hak asasi manusia.
"Tidak hanya mencegah kematian dan morbiditas ibu tetapi memprioritaskan perawatan dan kesejahteraan yang berpusat pada kualitas hidup individu,” tuturnya.
Kesehatan mental para ibu pasca melahirkan sama pentingnya dengan kesehatan fisik, tetapi hal ini sering kali tidak menjadi perhatian utama bagi para ibu serta keluarganya.

"Masalah mental pada ibu perlu menjadi perhatian karena hal ini dapat berdampak pada caranya mengasuh dan merawat bayinya, serta memengaruhi keseluruhan fungsi mereka sebagai ibu dan istri, serta pekerjaannya sehari-hari," jelas dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Daniella Satyasari, Sp.KJ.
Baca juga:
Beberapa gangguan kejiwaan yang kerap terjadi pada ibu pascamelahirkan adalah baby blues syndrome, depresi dan cemas postpartum. "Sebelum mengatasinya perlu dipahami terlebih dahulu apa saja jenis-jenis gangguan, apa saja gejala-gejalanya, penyebabnya, serta apa treatment yang harus dilakukan," urai dokter Daniella.
"Perubahan hormon tidak dapat dicegah, tetapi awareness keluarga serta kerabat sekitar dapat menjadi kunci dalam mengatasi gangguan mental pada ibu yang baru melahirkan,” lanjutnya.
“Setiap kehamilan memiliki keunikan tersendiri dan kebutuhan klinisnya dapat berubah selama periode kehamilan, persalinan dan pascamelahirkan. Perawatan Ibu setelah melahirkan harus dilakukan secara menyeluruh, baik secara fisik, psikologis, dan sosial," jelas dr. Ivan Sondakh, Sp.OG, Dokter Spesialis Obgyn.
Berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi misalnya memberikan pendidikan keterampilan hidup, memfasilitasi proses menyusui, memberikan konseling kepada wanita tentang pilihan KB, mendukung kesehatan mental yang baik, mencegah dan mengobati komplikasi terkait persalinan. (avia)
Baca juga:
Berawal dari Penyintas Postpatrum Depresi, Nur Yana Yirah Berhasil Mendirikan Mother Hope Indonesia