Jangan Fat Shaming setelah Lebaran

Senin, 24 April 2023 - Andreas Pranatalta

BAGI sebagian orang, Lebaran menjadi momen cheating day karena sulit mengontrol pola makan karena banyaknya hidangan, mulai dari opor ayam hingga rendang. Tak jarang, banyak yang mengalami kenaikan berat badan.

Setelah Lebaran juga, kamu akan kembali ke rutinitas masing-masing dan bertemu teman-teman di kantor, kampus, atau sekolah. Salah satu pembicaraan yang kerap muncul yakni masalah kenaikan berat badan yang berujung pada fat shamming.

Seperti dikabarkan Alodokter, fat shaming adalah perilaku meremehkan, mengkritik, atau mengomentari bentuk tubuh dan kebiasaan makan orang yang memiliki berat badan di atas rata-rata. Contohnya, “Kok kamu sekarang gendutan sih setelah Lebaran? Tidak mengatur pola makan ya?" Atau “Eh, kamu makan banyak, kamu akan semakin gemuk, loh!”.

Baca juga:

Semakin Gemuk Semakin Susah Tidur, Apa Iya?

Jangan Fat Shaming Setelah Lebaran
Beberapa orang sulit mengontrol pola makan saat Lebaran. (Foto: Unsplash/Carles Rabada)

Perkataan tersebut sering kali dibenarkan karena dianggap memotivasi orang yang kelebihan berat badan untuk bisa menurunkan berat badan. Alih-alih memotivasi, fat shaming justru bisa membawa berbagai dampak buruk bagi seseorang.

Perlu diketahui, fat shaming dapat menyebabkan stres bagi seseorang. Stres yang dialami para korban fat shaming justru bisa mendorong mereka untuk makan lebih banyak sehingga semakin sulit mengontrol berat badan dan mencapai berat badan ideal.

Kondisi ini disebut stres makan. Kebiasaan ini lama kelamaan juga berisiko membuat mereka mengalami gangguan makan yang disebut binge eating disorder. Selain itu, obesitas yang tidak terkontrol juga dapat membahayakan kesehatan korban secara keseluruhan dan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, sindrom metabolik, stroke, penyakit jantung, dan kanker.

Baca juga:

Punya Kaki Gemuk? ini Cara Mengecilkannya

Jangan Fat Shaming Setelah Lebaran
Fat shamming dapat membawa berbagai dampak buruk. (Foto: Unsplash/i yunmai)

Tanpa kamu ketahui, fat shaming juga membuat harga diri mereka menurun, baik secara langsung atau di media sosial. Hal ini dapat terjadi karena mereka merasa tidak diterima di lingkungan sekitarnya. Saat menerima perawatan fat shaming, korban perawatan ini mungkin kurang percaya diri, merasa malu dengan identitasnya, atau bahkan membenci dirinya sendiri.

Stres dan tekanan mental akibat fat shaming dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mental korban. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering menjalani perawatan fat shaming berisiko tinggi mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, dan upaya bunuh diri.

Jika kamu atau teman terdekatmu sering mengalami fat shaming dan merasa mengalami gangguan psikologis, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog. (and)

Baca juga:

Personalised Medicine bagi Penderita Kanker Kolorektal

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan