Ekstrakulikuler dan Personal Qualities Kunci Masuk Universitas Ternama

Kamis, 11 Agustus 2022 - P Suryo R

MASUK ke Universitas terbaik di dunia merupakan hal yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Tentunya ada persaingan yang ketat membuat orang berlomba-lomba untuk menjadi salah satu yang dapat masuk ke universitas terbaik itu. Kebanyakan orang berpikir bahwa hal yang dibutuhkan untuk masuk ke universitas terbaik hanyalah dari segi akademis. Nyatanya tidak loh.

Dalam temu wartawan yang diadakan oleh Crimson Education, Former Associate Directur of Admisionss (Standford University) Daniel Chung, mengatakan bahwa tidak hanya akademis saja yang menjadi faktor untuk bisa menembus ke universitas terbaik.

Baca Juga:

Kuliah Sambil Jadi Relawan Bisa Kok

kuliah
Daniel Chung dan Vanya Sunanto mengungkapkan rahasia diterima di kampus favorti luar negeri. (tangkapan layar)

Ada dua faktor lainnya yang menjadi nilai tambahan untuk diterima menjadi salah satu mahasiswa/i di universitas unggulan di AS, yaitu Ekstrakurikuler dan Personality qualities.

Country Manager Crimson Indonesia Vanya Sunanto, menambahkan, ”Untuk masuk ke universitas top ini, nilainya harus bagus. Tapi sebenarnya selain nilai itu, ada banyak faktor lain yang bikin murid bisa diterima. Contohnya selama 5 tahun terakhir, Stanford menolak 69% dari murid yang melamar. Kebanyakan dari mereka mempunyai akademis yang bagus, tapi mereka tidak punya faktor-faktor lainnya.”

Jadi alangkah baiknya, ketiga faktor tersebut harus dipenuhi dan dikembangkan. Akademis 40%, Ekstrakulikuler 30%, dan Personal Qualities 30%.

Baca Juga:

Jangan Anggap Remeh Kuliah Jurusan Musik, Ini Faktanya!

kuliah
Nilai akademik bukan salah satu yang utama untuk diterima di kampus favorit luar negeri. (Pixabay/nikolayhg)

Kemudian, berbicara soal statistik, universitas-universitas di Amerika penerimaannya terbilang kecil, di bawah 5%. Pada 2008, penerimaan di Harvard hanya 4.9%, pada 2021 turun menjadi 3.4%, dan saat ini turun kembali menjadi 3.1%. Dari banyaknya orang yang mendaftar, kemungkinan hanya ¾ orang yang diterima untuk menjadi pelajar di universitas tersebut.

Apabila membandingkan ekstrakulikuler di luar dengan di Indonesia, terbilang cukup berbeda. Sangat disayangkan apabila banyak orang-orang yang pintar dan nilainya bagus, namun ekstrakurikuler dan leadership-nya terbilang kurang.

Di luar, selain memiliki nilai yang bagus, mereka juga merupakan founder dari klub, pernah melakukan riset, dan sebagainya. Namun, di Indonesia yang kebanyakan hanya berfokus pada ekstrakulikulernya saja. Ekstrakulikuler saja sebenarnya tidak cukup. Oleh karena itu orang-orang di Indonesia membutuhkan konsultan seperti Crimson untuk memikirkan bagaimana caranya sebuah hobi dan ketertarikan mereka itu bisa berkembang. (yos)

Baca Juga:

Ada Mata Kuliah tentang Drake dan The Weeknd di Universitas Ini

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan