Ekonomi Dunia Alami Pelemahan

Rabu, 12 Oktober 2022 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Kondisi keuangan global diperkirakan akan lebih memburuk, jika gejolak di pasar keuangan meletus. Saat ini, inflasi yang lebih tinggi, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah, konflik Rusia-Ukraina, dan pandemi COVID-19 yang berkepanjangan telah membebani ekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi global tumbuh sebesar 3,2 persen tahun ini dan 2,7 persen pada 2023 turun 0,2 persen poin dari perkiraan Juli. Laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru menilai, kondisi ini adalah profil pertumbuhan terlemah sejak 2001.

Baca Juga:

Luhut Pastikan Indonesia Tak Ikut Antre Jadi Pasien IMF

"Kecuali untuk krisis keuangan global dan fase akut pandemi COVID-19 dan mencerminkan perlambatan signifikan bagi ekonomi terbesar," tulis laporan tersebut.

Laporan WEO terbaru memaparkan, kebijakan moneter salah menghitung, guncangan harga energi dan pangan menyebabkan inflasi bertahan lebih lama.

"Pengetatan global dalam kondisi pembiayaan dapat memicu tekanan utang pasar negara berkembang yang meluas," katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajaran menteri untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan karena tekanan krisis finansial global yang semakin tinggi.

Jokowi menyebutkan, saat ini terdapat 66 negara pada posisi rentan untuk kolaps akibat situasi global yang tidak mudah dan sulit diprediksi.

"Saat ini 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan akut dan kelaparan. Artinya ada krisis pangan," kata Presiden Jokowi.

Presiden menyebut sebanyak 28 negara saat ini antre untuk menjadi "pasien" Dana Moneter Internasional (IMF).

"Saya mendapatkan telepon dari menteri keuangan dari Washington D.C. Inilah kondisi yang apa adanya harus saya sampaikan. Artinya, pandemi yang melanda semua negara itu mengakibatkan ekonomi global ini ambruk," katanya. (Asp)

Baca Juga:

IMF Peringatkan Kenaikan Harga Makanan dan Energi Bisa Picu Kerusuhan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan