Dampak e-Commerce Merasuki Masyarakat Indonesia
Minggu, 11 November 2018 -
PADA 9 September 2018 lalu, marketplus Shopee lewat kampanye Super Shopping Day berhasil menembus 5,8 juta transaksi dalam waktu 24 jam saja. Selain itu, Lazada juga memecahkan rekor dengan transaksi sebesar Rp1,6 triliun dalam program Online Revolution.
Fakta di atas menunjukkan bahwa perubahan besar telah terjadi dalam tradisi belanja masyarakat Indonesia dari konvensional ke daring. Selain itu, tak dapat dipungkiri juga bahwa industri e-commerce adalah salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini.
Menengok geliat ini, diprediksikan bahwa potensi industri e-commerce di Indonesia masih akan tumbuh pesat beberapa tahun ke depan seiring semakin banyak orang menggunakan ponsel untuk berbelanja online. Selain itu, faktor-faktor bagus dampak perkembangan ini akan terus diraih Indonesia.
Menengok situasi belanja saat ini, merahputih.com akan memaparkan beberapa dampak dari maraknya industri e-commerce yang dihimpun dari berbagai sumber. Berikut dampak positif pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia;
Pertumbuhan Ekonomi

Dalam waktu 4 tahun ke depan, McKinsey & Co. dalam studi mereka memprediksi nilai transaksi industri e-commerce di Indonesia akan meningkat dua kali. Tahun ini sendiri, jual beli online di Indonesia mampu menghasilkan nilai transaksi sekitar USD 8 miliar.
Angka di atas sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara, khususnya dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang tahun ini meningkat 0,75%. PDB sendiri adalah nilai pasar barang dan jasa yang merupakan hasil produksi sebuah negara, dan kerap digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik juga menyebutkan bahwa kontribusi e-commerce saat ini masih kecil, namun memiliki potensi untuk berkontribusi besar dimasa depan.
Meluasnya Lapangan Pekerjaan

Pada 2017 lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh Texas A&M Transportation Institute menyimpulkan bahwa pertumbuhan retailer online dalam dunia e-commerce memicu permintaan pasar atas jaringan transportasi dan jasa pengiriman yang lebih cepat dengan jangkauan lebih luas.
Di Indonesia, keberadaan 30 juta online shoppers juga akan menyebabkan munculnya layanan jasa pengiriman langsung seperti Go-Send, Grab Express, SiCepat, JNE Yes, J&T Same Day, maupun Tiki Same Day.
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi bahwa sektor e-commerce akan berkontribusi sebanyak 15% pada bisnis layanan kurir di Indonesia. Bersaman dengan itu, Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress Indonesia (Asperindo) juga menyuarakan pendapat yang sama dengan prediksi bahwa e-commerce akan berkontribusi 25% pada industri logistik.
Cashless Society

Cashless society di Indonesia dipelopori oleh Bank Indonesia yang mengeluarkan aturan mengenai uang elektronik yang disusul pencanangan GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai). GNNT ini diimplementasikan pada pembayaran bus TransJakarta, KRL, dan juga pembayaran jalan tol.
Gebrakan ini menjadi sangat efektif saat e-commerce populer. Kemunculan e-commerce di Indonesia pada akhirnya menumbuhkan harapan, memaksa masyarakat Indonesia yang berbelanja online untuk akhirnya beradaptasi dengan metode pembayaran digital melalui online banking dan produk e-wallet seperti Go-Pay, Shopee Pay, Mandiri e-Money.
Menekan Angka Pengangguran

Dikutip dari CeicData.com, pada 2005 tingkat pengangguran di Indonesia mencapai puncak. Tercatat dimana angka pengangguran mencapai 11,24%. Tapi, angka itu berangsur turun dengan stabil pada tahun-tahun setelahnya. Eksistensi e-commerce sejatinya berperan dalam menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Alasannya, potensi industri e-commerce Indonesia mulai terlihat pada rentang tahun 2000-2007. Pertumbuhan industri ini diiringi oleh kemunculan berbagai startup seperti Gojek yang berbasis mobile apps dan produk e-wallet seperti Doku.
Bloomberg menyatakan bahwa industri digital secara konsisten membuka lapangan kerja baru dan memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik Indonesia juga menyatakan bahwa 'internet economy' sangat membantu dalam menyediakan lapangan kerja. (*)