BRIN Ungkap 22 Persen Karang Punah di 2100

Jumat, 09 Agustus 2024 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - KEANEKARAGAMAN biota laut terancam. Kondisi iklim menjadi ancaman kepunahan biota laut. Hal tersebut diungkap peneliti ahli utama pada Badan Riset Nasional Oseanografi Biologi Augy Syahailatua. Augy mengngkap Indonesia terancam kehilangan 22,15 persen karang bercabang atau Acropora sp pada 2100. Hal itu disebabkan kondisi iklim.

"Itu prediksi, itu bisa lebih cepat atau itu akan terjadi nanti. Dengan perkiraan kondisi hari ini, kami sudah menghitung dengan suhu dan kondisi lingkungan hari ini atau mungkin 10-20 tahun terakhir," kata dia dalam diskusi Forum Bumi di House of Izara, Jakarta Selatan, Kamis (8/8).

Ia mengatakan, pada 2020, hasil dari Modelling Distribusi Karang di 689 titik menemukan bahwa Indonesia setidaknya memiliki 113 jenis karang bercabang yang ada di dunia. Namun, kondisi itu berisiko pupus karena keadaan iklim yang parah. Ia menyebutkan beberapa faktor akibat kondisi air laut itu sendiri. "Pemanasan suhu laut, pengasaman air laut," katanya.

Ancaman itu, menurutnya, termasuk kondisi generatif karang yang tidak optimal karena lingkungannya yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya. "Kalau kondisi optimalnya untuk reproduksi berkurang, dia akan lambat. Bisa terjadi seperti itu," katanya.

Baca juga:

Masyarakat Adat Penting dalam Menjaga Keanekaragaman Hayati



Oleh karena itu, ia mengimbau semua orang untuk menjaga keanekaragaman di dalam laut jangan sampai menimbulkan perilaku merusak biota laut. Ia mencontohkan temuan yang sering terjadi pada karang yakni perusakan. Augy menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak teredukasi menjaga karang sehingga ketika melihat karang, mereka tidak segan menginjak atau mematahkannya.

"Makanya kalau orang yang dia tidak diedukasi baik, dia akan datang ke pantai, langsung jalan-jalan, padahal itu tidak boleh. Kalau karang patah, dia tubuhnya lama. Bisa recovery, tapi lambat. Bayangkan saja orang yang datang banyak dan menginjak karang, banyak karangnya rusak," tutupnya.(tka)


Baca juga:

Pameran 'Kisah Rimba' Rekam Keanekaragaman Hayati dan Isu Lingkungan di Indonesia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan