Biar Cepat, UI Pilih Kembangkan Vaksin Merah Putih Platform Protein S

Selasa, 09 Februari 2021 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Proses penelitian vaksin COVID-19 Merah Putih terus dilakukan. Penelitian vaksin buatan dalam negeri ini, salah satunya dilakukan para ilmuwan Universitas Indonesia (UI).

Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan, di masa pandemi peneliti UI turut aktif dalam melakukan riset dan pengembangan produk dari berbagai disiplin ilmu.

"UI telah melakukan banyak inovasi bagi pemerintah dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-19, salah satunya adalah pengembangan vaksin DNA dan mRNA,” katanya.

Baca Juga:

Vaksin Merah Putih Belum Terdaftar di WHO, Pemerintah Berdalih Masih Pengembangan

Ia berharap vaksin Merah Putih bisa memberi manfaat sebesar-besarnya bagi Indonesia.

“Saat ini vaksin adalah salah satu harapan terbesar masyarakat Indonesia untuk perbaikan kesehatan dan ekonomi,” lanjutnya.

Ketua Tim Pengembang Vaksin Merah Putih UI Budiman Bela bilang, pengembangan vaksin Merah Putih, memilih platform pembuatan vaksin yang proses penelitiannya lebih cepat.

"Kecepatan penelitian bukan berarti melewati prosedur penting dan mengabaikan keselamatan pasien," katanya.

Kecepatan ini didapat setelah ada hasil penelitian vaksin dari SAR dan MERS CoV, dua jenis virus corona sebelum munculnya SARS CoV 2 yang menjadi penyebab Covid-19.

Dari penelitian vaksin SAR dan MERS CoV, ditemukan bahwa antigen yang bisa dipilih untuk pengembangan vaksin ialah antigen S Spike, sebuah protein yang disebut kunci dalam membuat vaksin COVID-19.

Infeksi COVID-19 ketika virus menempel pada reseptor di permukaan sel, virus harus menempel di sana untuk bereplikasi. Protein S berperang menjadi penghubung antara virus dan reseptor sel.

Vaksinasi COVID-19
Vaksinasi COVID-19. (Foto: Sekretariat Presiden)

Vaksin dengan platform protein S ini ditargetkan bisa menghentikan interaksi virus melalui protein S dengan membangkitkan sistem pertahanan tubuh.

Namun Budiman menegaskan, pengembangan vaksin tidaklah sederhana meskipun sudah dibantu dengan hasil penelitian sebelumnya.

Peneliti harus mengetahui mekanisme kembang biak virus, memiliki pengetahuan yang cukup tentang virus, dan mampu memilih bagian kekebalan tubuh yang mana yang akan dirangsang untuk menangkal COVID.

Selain itu, peneliti harus mempertimbangkan struktur virus dan mutasinya. Mengenai platform pengembangan vaksin, juga punya plus minusnya tersendiri dengan kecepatan berbeda.

Belum lagi, lanjut ia, masuk ke sistem produksi di mana hal ini harus didukung perusahaan atau industri farmasi, serta biaya penelitian dan produksinya. Sebab suatu platform pengembangan vaksin yang dipilih memerlukan dukungan industri ketika vaksin masuk ke proses produksi.

"Misalnya, teknologi produksi yang dimiliki industri harus mumpuni dalam memfasilitasi produksi vaksin dengan platform tertentu. (Iman Ha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Bibit Vaksin COVID-19 Merah Putih Segera Diolah Bio Farma

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan