Berbeda, Cara Anak Membaca dari Buku dan Layar

Selasa, 12 Oktober 2021 - P Suryo R

ANAK-anak terlatih membaca cepat ketika scrolling di media sosial. Namun, para ahli mengatakan, untuk tugas sekolah, anak-anak lebih baik jika mereka memperlambat kecepatan membaca.

Selama pandemi ini, orangtua telah menyaksikan, seringkali dengan cemas, ketergantungan anak-anak yang meningkat pada layar untuk setiap aspek pendidikan. Rasanya seolah-olah tidak ada jalan untuk kembali pada masa ketika belajar melibatkan membaca buku yang sebenarnya.

Baca Juga:

Budaya Literasi Penting! Bagaimana Cara Membangun Budaya Literasi?

literasi
Diskusikan cerita dan mengajukan pertanyaan yang membantu anak-anak memahami bacaan. (Foto: 123RF/ferli)

Padahal, format yang dibaca anak-anak dapat membuat perbedaan dalam hal bagaimana mereka menyerap informasi. Naomi Baron, profesor emerita linguistik di American University dan penulis buku How We Read Now: Strategic Choices for Print, Screen and Audio, mengatakan “Ada dua komponen, bentuk media dan pola pikir yang kita bawa ketika membaca di media itu."

Karena kita menggunakan layar untuk tujuan sosial dan hiburan, kita semua, dewasa dan anak-anak, terbiasa menyerap materi daring. Itu sebagian besar dirancang untuk dibaca dengan cepat dan santai, tanpa banyak usaha.

Kemudian, kita cenderung menggunakan pendekatan yang sama untuk membaca di layar dengan materi yang lebih sulit yang perlu kita pahami dengan perlahan agar menyerap informasi lebih hati-hati. Akibatnya, bisa jadi anak-anak yang terbiasa membaca cepat di layar, tidak memberikan perhatian yang tepat pada materi pembelajaran tersebut.

Pembaca pemula

literasi
Buku cetak memudahkan orangtua dan anak-anak untuk berinteraksi dengan bahasa. (Foto: Pexels/Maël BALLAND)


Pada anak-anak yang lebih kecil, kata Baron, masuk akal untuk tetap menggunakan buku sebisanya. Buku cetak, katanya, memudahkan orangtua dan anak-anak untuk berinteraksi dengan bahasa, pertanyaan dan jawaban. Itulah yang disebut dengan "membaca dialogis." Karena, banyak aplikasi dan e-book memiliki terlalu banyak gangguan yang dapat mengalihkan perhatian.

Seperti yang dituliskan dalam nytime.com (1/10), Jenny Radesky, dokter anak perilaku perkembangan dan asisten profesor pediatri di Michigan Medicine C.S. Mott Children’s Hospital, Ann Arbor, mengatakan bahwa aplikasi yang dirancang untuk mengajar membaca di tahun-tahun awal sekolah bergantung pada permainan gim yang dimaksudkan untuk membuat anak-anak tetap terlibat.

Meskipun aplikasi-aplikasi tersebut berhasil mengajarkan keterampilan inti, Radesky mengatakan, “Apa yang hilang di pembelajaran jarak jauh adalah konteks kelas, guru sebagai pembuat makna, untuk mengikat semuanya, membantunya menjadi lebih bermakna bagi anak, bukan hanya sekelompok komponen kurikuler yang telah dikuasai.”

Kapan pun orangtua dapat menemani anak membaca adalah baik, menggunakan media apa pun yang paling cocok untuk mereka, kata Dr. Tiffany Munzer, juga seorang dokter anak perkembangan perilaku di Rumah Sakit Anak Mott. Dia telah mempelajari bagaimana anak-anak kecil menggunakan e-book.

Namun, Munzer adalah penulis utama pada studi tahun 2019 yang menemukan bahwa orangtua dan balita berbicara lebih sedikit secara keseluruhan, dan juga berbicara lebih sedikit tentang cerita, ketika mereka melihat buku elektronik dibandingkan dengan buku cetak. Studi lain juga menunjukkan, kurangnya sosialisai akibat balita lebih cenderung menggunakan layar sendiri.

Baca Juga:

Literasi Penting di Era Digital

Kecepatan membaca

literasi
Memperlambat kecepatan membaca dapat membantu pemahaman. (Foto: Pexels/Pixabay)


Radesky, yang terlibat dalam proyek penelitian dengan Munzer, berbicara tentang pentingnya membantu anak-anak menguasai membaca yang melampaui detail yang diingat secara spesifik, kata-kata atau karakter atau peristiwa. Sehingga seorang anak mampu mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh dari cerita dengan pengalaman hidup.

Sementara, katanya, bukan itu yang ditekankan dalam desain digital. “Hal-hal yang membuat kamu berpikir, membuatmu melambat dan memproses sesuatu secara mendalam, tidak laku, tidak mendapatkan klik terbanyak,” Radesky menjelaskan.

Orangtua dapat membantu dengan ini ketika anak-anak mereka masih kecil, kata Dr. Radesky. Dia menyarakan dengan mendiskusikan cerita dan mengajukan pertanyaan yang membantu anak-anak menarik hubungan tersebut.

Dalam eksperimen dengan siswa sekolah menengah dan universitas yang diminta untuk membaca bagian dan kemudian diuji. Baron mengatakan, siswa yang berpikir bahwa mereka membaca lebih baik di layar akan tetap melakukan tes dengan lebih baik jika mereka telah membaca seluruh bagian.

Dan, mahasiswa yang mencetak artikel, katanya, cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dan nilai ujian yang lebih baik. Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan buku, majalah atau surat kabar otentik untuk menulis esai menulis, hasilnya lebih baik daripada yang hanya diberi hasil print dan fotokopi.

Dengan teks kompleks dalam format apa pun, memperlambat kecepatan membaca dapat membantu pemahaman. Baron menganjurkan, orangtua dapat memberi contoh di rumah dengan duduk dan bersantai sambil membaca buku, membaca tanpa terburu-buru, dan mungkin secara umum tidak menekankan kecepatan dalam hal belajar. Guru dapat dilatih untuk membantu siswa mengembangkan cara pembacaan yang dalam, penuh perhatian, dan fokus pada teks.

Tidak ada yang akan mengambil layar gawai dari kehidupan anak-anak, atau dari pembelajaran mereka. Namun, semakin kita mengeksploitasi kemungkinan yang kaya dari membaca digital, semakin penting untuk mendorong anak-anak mencoba membaca sesuatu dengan cara yang berbeda. (aru)

Baca Juga:

Kembangkan Literasi pada Anak sejak usia Dini

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan