Kembangkan Literasi pada Anak sejak usia Dini


Perlunya pra literasi untuk anak-anak usia balita. (Foto: Pexels/Maël BALLAND)
LITERASI sudah tidak asing bagi kehidupan sehari-hari. Secara umum literasi memang merujuk pada kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah. Namun nyatanya, literasi memiliki cangkupan yang lebih luas jika hanya dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan tersebut. Sebab literasi mencakup seluruh kemampuan yang ada dalam diri anak itu sendiri.
Dilansir dari Kemdikbud, kemampuan tersebut perlu untuk dikembangkan sedini mungkin. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pra literasi yang dapat berfungsi untuk membentuk fondasi kemampuan literasi anak.
Baca Juga:
Punya Banyak Buku Tapi Tak Pernah Dibaca? Mungkin Kamu Mengalami Tsundoku
Sayangnya pengembangan kemampuan pra literasi sering kali disalah artikan. Pra literasi bukan berarti orang tua harus menekan anak secara intens untuk belajar membaca, menulis dan berhitung yang membuat mereka terpaksa. Sebab metode belajar seperti itu justru dapat membuat anak stress dan membawa pengaruh buruk bagi perkembangannya. Berikut strategi yang dapat diterapkan untuk menerapkan metode belajar pra literasi yang tepat
1. Menerapkan literasi dengan bermain

Kebanyakan orang tua menginginkan anak untuk belajar sedini mungkin, sayangnya dengan mengurangi waktu bermain mereka. Padahal bermain merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh anak. Agar kegiatan belajar dan bermain anak tetap seimbang, orang tua dapat menggabungkan keduanya. Sebenarnya, metode belajar yang tepat pada anak usia dini adalah dengan bermain. Dengan begitu, anak dapat membangun kemampuan literasinya berdasarkan pengalamannya saat bermain. Hal ini mendorong anak untuk mampu menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Inilah hal mendasar dari penerapan pra literasi.
2. Membacakan buku kepada anak

Orang tua merupakan figur yang akan dicontoh oleh anak. Saat orang tua membacakan buku, anak dapat belajar berbicara dan mulai mengenali bahasa. Dimulai dari kegiatan ini, orang tua dapat mengajari anak gemar membaca buku. Tak hanya itu, membacakan buku kepada anak dapat mendorong orang tua untuk aktif berinteraksi dengan anak. Sehingga cerita dalam buku yang dibacakan bukan hanya didengar, namun juga dapat menjadi topik pembicaraan anak dengan orang tua.
Baca Juga:
3. Berangkat dari hobi dan minat anak

Saat menerapkan metode belajar pra literasi, orang tua dapat menyertakan sesuatu yang diminati anak. Dukung minat anak dengan menyediakan fasilitas yang dapat mendorong mereka menjadi kreatif. Mulai kegiatan pra literasi dengan memberikan kegiatan yang didasari minat anak. Pada situasi ini, bukan hanya anak yang harus belajar, namun orang tua juga dituntut untuk mampu mendengarkan apa yang sedang disampaikan anak.
4. Pengembangan literasi melalui budaya daerah

Sertakan budaya daerah dalam proses pra literasi. Semakin sering anak mendengar dan terpapar budaya atau bahasa daerah, pemahaman mereka pada budaya semakin tumbuh. Selain itu, anak semakin dimampukan untuk mengembangkan pengetahuan yang baru diterima. Dengan begitu mereka memiliki kesadaran dan mampu memahami budaya di sekitarnya. (cit)
Baca Juga:
Tingkatkan Literasi Membaca, Sampoerna Academy Ajak Siswa Menulis Buku Anak
Bagikan
Berita Terkait
UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra

Cegah Anak Kecanduan Ponsel, Masjid-Masjid di Jakarta Bikin Pojok Baca

Gerakan Literasi Masyarakat (GELIAT) Tanamkan Budaya Literasi pada Anak-Anak

Perpusnas Writers Festival Bangkitkan Literasi di Kota Bandung

Banggar DPR Sebut OJK Perlu Tingkatkan Literasi Keuangan Waspadai Pinjol Ilegal

Pentingnya Literasi Digital untuk Cegah Kejahatan

JILF 2022 Gabungkan Sastra dengan Kota Jakarta
