Aksi Jagoan Food and Beverage Negri Aing Selamatkan Makanan Sisa
Jumat, 27 Agustus 2021 -
PERMASALAHAN limbah makanan atau food loss and waste kerap dianggap enteng. Padahal dampak buruk kebiasaan tersebut begitu berdampak buruk bagi lingkungan. Berdasarkan data Bappenas tahun 2021 limbah makanan ditaksir menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun.
Pada sektor lingkungan, pada periode 2000-2019, limbah makanan di Indonesia mencapai 23-48 juta ton/tahun atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Bappenas menyebut industri Food & Beverage (Makanan & Minuman/F&B) merupakan salah satu penyumbang limbah makanan terbanyak serta menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 1,702.9 Megaton CO2.
Baca juga:
Angka tersebut setara dengan 7,29 persen rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Jika dilihat dari perspektif sosial, kandungan energi hilang akibat limbah makanan diperkirakan setara dengan porsi makan 61-125 juta orang per tahun. Demi mensiasati hal tersebut, diperlukan upaya untuk mengurangi limbah makanan. Salah satunya melalui food rescue.
Food rescue merupakan upaya penyelamatan makanan berlebih masih dalam keadaan baik dan layak makan dari potensi terbuang. Makanan berlebih dari industri F&B tersebut diperiksa kembali kualitasnya, dikemas ulang, lalu dibagikan kepada masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan, atau masyarakat pra-sejahtera.

Gerakan pengurangan limbah makanan dengan cara food rescue digalangkan Garda Pangan, sebuah organisasi inisiasi wirausaha sosial asal Surabaya. Food rescue digalakkan Garda Pangan bertujuan menjadi food bank atau pusat koordinasi makanan berlebih untuk disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera.
Garda Pangan menyadari pandemi COVID-19 memberikan efek beragam bagi masyarakat Indonesia terutama pada perekonomian masyarakat pra-sejahtera dengan pendapatan tidak tetap dan hanya bergantung pada upah atau penghasilan harian.
Garda Pangan menyadari pandemi COVID-19 memberikan efek beragam bagi masyarakat Indonesia terutama pada perekonomian masyarakat pra-sejahtera dengan pendapatan tidak tetap dan hanya bergantung pada upah atau penghasilan harian.
Pandemi juga melahirkan sejumlah pekerja terkena imbas pemberhentian dari pekerjaan. Adanya penurunan pemasukan secara drastis menyebabkan sulitnya jangkauan terhadap kebutuhan makanan bergizi bagi beberapa kalangan masyarakat. Akses makanan bergizi semakin sulit di masa pandemi.
Founder Garda Pangan, Dedhy Trunoyudho, dahulu berprofesi sebagai pengusaha katering, mengungkapkan dahulu opsi membuang makanan menjadi pilihan ideal bagi para pengusaha katering karena cepat, murah, dan praktis untuk dilakukan.
Namun di sisi lain saat melihat masyarakat kesulitan mendapatkan panganan bergizi, kegelisahan pun merayapi hati Dedhy. "Pembuangan makanan tersebut menggerakkan kami untuk menginisiasi Garda Pangan," ujarnya. Lalu dimulailah kegiatan food rescue.
Demi menjangkau masyarakat lebih luas dan berkelanjutan, Dedhy menggandeng salah satu Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan mitra-mitra di industri F&B. Garda Pangan setiap harinya melakukan rescue dengan menjemput makanan berlebih berpotensi terbuang dari mitra, untuk didistribusikan kepada masyarakat membutuhkan.

Tidak hanya memastikan semua potensi limbah tidak berakhir di landfill, Garda Pangan juga berupaya untuk membangun kesadaran masyarakat terkait dampak dari makanan berlebih, terbuang, khususnya di masa pandemi.
Sementara Bank DBS mengajak nasabah terutama pengguna kartu kredit digibank untuk berdonasi dengan menukarkan customer rewards untuk selanjutnya digandakan (match donation) dengan donasi paket sembako.
“Bank DBS Indonesia berfokus untuk membantu masyarakat paling terdampak melalui donasi dengan mengajak keterlibatan nasabah, lalu donasi didistribusikan kami salurkan salah satunya melalui wirausaha sosial Garda Pangan,"ujar Executive Director, Head of Group Strategic Marketing Communication, PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika.
Lebih lanjut Mona berharap, inisiatif Garda Pangan tersebut dapat memicu dampak positif sekaligus mempromosikan pentingnya #Makantanpasisa untuk keberlanjutan lingkungan. (Avia)