5 Alasan Kenapa Kamu Sulit Melupakan Mantan, Yuk 'Move On'!

Senin, 01 Juli 2019 - Zulfikar Sy

KITA yang telah mengalami perpisahan yang buruk sudah tahu, betapa panjang dan menyakitkannya proses penyembuhan itu. Perlu butuh waktu untuk sembuh dan kembali membuka hati untuk orang lain.

Bahkan, ketika kita mengikuti saran yang didukung sains atau kiat-kiat ahli, rasa sakitnya terus berlangsung, seringkali bertahan lebih lama dari yang mungkin kita duga mungkin.

Sayangnya, tidak ada formula yang sempurna untuk menentukan dengan tepat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan perpisahan. Dikutip Psychology Today, berikut adalah lima perilaku umum yang mungkin membuat proses penyembuhan setelah perpisahan.


1. Mengganggap putus sebagai bencana

Anggap putus sebagai bencana memperpanjang proses penyembuhan. (Foto: Pixabay/Free-Photos)
Anggap putus sebagai bencana memperpanjang proses penyembuhan. (Foto: Pixabay/Free-Photos)

Seperti namanya, malapetaka membingkai situasi yang menyakitkan, dan sebagai akibatnya justru memperburuk rasa sakit dan tekanan emosional kamu. Hal itu terdiri dari ketidakberdayaan dan pesimisme.

Selama putus, kamu dapat dengan mudah membesar-besarkan situasinya. Misalnya, kamu dapat meyakinkan diri sendiri bahwa kamu tidak akan pernah bisa mengatasi rasa sakit atau bahwa mantan kamu adalah "satu-satunya".

Ingatlah. Kamu sebenarnya baik-baik saja, kamu merampas diri kamu dari kemampuan untuk sembuh lebih cepat. Jangan hanya membayangkan kemungkinan terburuk, pertimbangkan kemungkinan yang realistis juga.

Baca juga berita lainnya dalam artikel:

7 Cara Mempersiapkan Diri Secara Mental Sebelum Memiliki Anak


2. Terus menerus melamun

Jangan terus menerus melamun ketika ingin sembuh dari putus. (Foto: Pixabay/DanaTentis)
Jangan terus menerus melamun ketika ingin sembuh dari putus. (Foto: Pixabay/DanaTentis)

Betapa sangat berbahaya melamun terus menerus. Melamun bisa jatuh menyalahkan diri sendiri, seperti mengatakan dalam diri kamu sendiri, "seandainya saya melakukan ini secara berbeda..."

Akibat melamun tak henti-hentinya dapat mengambil kehidupan kamu sendiri. Masalahnya kemudian menjadi perspektif kamu sendiiri tentang apa yang terjadi, bukan apa yang benar-benar terjadi.

3. Menolak untuk menerima bahwa "ini" sudah berakhir

Menolak menerima kenyataan bisa memperpanjak rasa sakit. (Foto: Pixabay/scottwebb)
Menolak menerima kenyataan bisa memperpanjak rasa sakit. (Foto: Pixabay/scottwebb)

Untuk benar-benar sembuh, kamu harus ingin melepaskannya. Kenyataannya, banyak dari kita masih berharap untuk kesempatan "balikan".

"Hampir semua orang menyukai cerita di mana pasangan, pada akhirnya, kembali bersama setelah melalui beberapa gejolak emosional yang menyakitkan," kata penulis Kevin Darne.

Tapi, selama kamu berharap untuk kembali bersama dengan mantan, kamu akan terus menyiksa diri sendiri dan menutup diri untuk mencoba pengalaman cinta yang baru.

Baca juga berita lainnya dalam artikel:

7 Tempat Paling Instagrammable di Bali, Wajib Dapat Fotonya Nih


4. Kehilangan jadi diri

Kehilangan jati diri membuat proses penyembuhan setelah putus jadi lama. (Foto: Pixabay/paulnaude)
Kehilangan jati diri membuat proses penyembuhan setelah putus jadi lama. (Foto: Pixabay/paulnaude)


Tidak sulit untuk membayangkan bagaimana pasangan, khususnya mereka dengan jalinan bertahun-tahun, dapat mengalami krisis identitas setelah putus cinta.

Siapa mereka tanpa setengah lainnya? Proses pemikiran ini dapat dijelaskan bahwa konsep diri seseorang berkembang pada awal suatu hubungan dan berkurang pada akhirnya.

Bahkan setelah putus cinta, profesor psikologi Gary Lewandowski menjelaskan, "Orang-orang memiliki lebih sedikit respons untuk menjawab pertanyaan ‘siapa aku? ' dan mereka umumnya merasa lebih tidak yakin tentang siapa mereka sebagai pribadi.”


5. Sulit menerima kritik dari teman

Sulit menerima kritik dari teman bisa memperpanjang proses penyembuhan setelah putus. (Foto: Pixabay/Free-Photos)
Sulit menerima kritik dari teman bisa memperpanjang proses penyembuhan setelah putus. (Foto: Pixabay/Free-Photos)

Setelah putus cinta, bersandar pada teman adalah bagian penting dari proses penyembuhan bagi kebanyakan orang. Teman terpercaya bisa menjadi
tempat curhat, bahu untuk menangis, dan pendengar yang sabar.

Tapi cepat atau lambat, seorang teman mungkin mengatakan hal-hal yang tidak ingin kamu dengar, seperti menyebut karena kesalahan kamu sendiri, dan bahkan mungkin menantang pemikiran kamu sendiri.

Tidak ada yang senang diberi tahu bahwa kita salah. Tetapi, tidak bisa menerima kritik yang jujur dapat menyakiti kamu dalam jangka panjang. Terlebih, memperpanjang rasa sakit dari perpisahan, dan untuk tidak membuat kesalahan yang salam di masa depan. (*)

Baca juga berita lainnya dalam artikel:

Tampil Kekinian, Candi Gedong Songo tak Melulu Wisata Sejarah

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan