Kesehatan

WHO Peringatkan Pandemi Disease X

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 27 September 2023
WHO Peringatkan Pandemi Disease X

WHO peringatkan Disease X bisa menyerang kapan saja. (Foto: freepik/jannoon028)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pandemi penyakit baru akan kembali datang. Penyakit tersebut dikenal sebagai Disease X.

WHO memperingatkan penyakit ini bisa menyerang kapan saja. Penyakit ini bisa disebabkan oleh jutaan virus yang belum ditemukan. Oleh karena itu, dunia perlu menciptakan vaksin lebih lanjut.

Baca Juga:

Dampak Besar Air Tercemar

WHO merekomendasikan adanya vaksin untuk disease X. Hal ini bukan tanpa alasan, karena diperkirakan pandemi berikutnya bisa mencapai skala yang sama dengan flu Spanyol.

Apa itu Disease X?

Kemungkinan penyebab Disease X adalah agen baru, baik itu virus, bakteri, atau jamur, yanv belum ada pengobatannya. (Foto: freepik/prostooleh)

Melansir laman Mint, Disease X sebenarnya mengacu pada penyakit disebabkan oleh patogen yang tak diketahui pada manusia. Penyakit ini sangat dimungkinkan untuk kemudian menjadi pandemi selanjutnya. Kemungkinan penyebab Disease X adalah agen baru, baik itu virus, bakteri, atau jamur. Dan, belum ada pengobatan yang diketahui.

WHO telah menggunakan istilah Disease X untuk penyakit-penyakit yang tak diketahui sejak tahun 2018. Satu tahun berikutnya, COVID-19 muncul sebagai pandemi baru. Banyak ahli mengklaim bahwa Disease X berikutnya akan bersifat zoonosis, seperti Ebola. Sementara beberapa ahli mengatakan bahwa patogen tersebut bisa juga dibuat oleh manusia.

Baca Juga:

Rangkul Masyarakat Lewat Ekonomi Sirkular, Danone-AQUA Coba Atasi Isu Sampah Plastik

"Tidak berlebihan rasanya untuk mengatakan bahwa ada potensi kejadian Disease X di sekitar kita," ujar Pranab Chatterjee, peneliti di Departemen Kesehatan Internasional, John Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Dunia perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya dan lebih siap dengan penambahan dana dalam penelitian Disease X. (Foto: freepik/freepik)

Kate Bingham, Ketua Satuan Tugas Vaksin Inggris antara bulan Mei dan Desember 2020, menyebut jumlah virus yang bereplikasi dan bermutasi jauh lebih banyak.

"Para ilmuwan saat ini mengetahui adanya 25 keluarga virus, yang masing-masing terdiri dari hingga ribuan virus individu yang semuanya berpotensi berkembang menjadi pandemi," ujar Bingham kepada Mirror.

"Selain itu, diperkirakan masih ada sekitar satu juta virus yang belum ditemukan di luar sana yang dapat berpindah dari satu spesies ke spesies lain dan memiliki kemampuan membunuh jutaan umat manusia."

Menurut Bingham, pandemi COVID-19 masih merupakan salah satu yang baik ditangani meski ada 20 juta kematian akibat virus itu. Namun, ia memaparkan disease X juga mungkin terjadi dengan level kematian yang tinggi seperti Ebola.

"Hal ini bukan hanya disebabkan oleh nasib buruk yang terjadi secara acak. Ada tiga faktor utama yang menjadi penyebabnya, yaitu globalisasi, kelebihan populasi perkotaan, dan penggundulan hutan, yang telah menciptakan kondisi ideal bagi virus untuk berpindah antar spesies," paparnya. (dgs)

Baca Juga:

Tanam Pohon Bersama TemanBumi untuk Kurangi Emisi Karbon

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan