Waspada Diabetes dan Dislipidemia, Penyebab Kematian Terbesar di Indonesia
diabetes-Pixabay-Tumisu
DI masa pandemi ini, sebagian besar masyarakat berpikir bahwa kematian terbesar disebabkan oleh COVID-19. Nyatanya, kematian terbesar di Indonesia masih dipegang oleh penyakit kardiovaskular. Menurut World Health Organization, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada tahun 2016, yakni 35% dari seluruh kematian.
Menurut penelitian Hussain dkk., penyebab terbanyak dari penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%) sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), Diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).
Baca Juga:
Melihat angka tersebut, pengelolaan Diabetes dan Dislipidemia merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus guna menurunkan risiko komplikasi kardiovaskular. Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai hal ini dan segera berkonsultasi kepada dokter apabila menemukan gejala-gejala Diabetes dan Dislipidemia.
Diabetes secara dramatis akan meningkatkan berbagai risiko berbagai masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer. Di lain pihak, pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan obesitas.
Dalam Virtual Press Conference yang membahas Diabetes dan Dislipidemia, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM menjelaskan dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida serta penurunan High Density
Lipoprotein (HDL).
"Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total (≥240 mg/dl), peningkatan kadar kolesterol LDL (≥160 mg/dl), kadar kolesterol trigliserida (>200 mg/dl), atau rendahnya kadar kolesterol HDL (<40 mg/dl)1," urainya.
Baca Juga:
Profil lipid merupakan tes kolesterol yang meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan Trigliserida. "Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur jumlah kolesterol dan trigliserida dalam darah seseorang." tuturnya.
Pemeriksaan profil lipid rutin sangat dianjurkan pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner, Diabetes Mellitus, aterosklerosis pada pembuluh darah manapun, keadaan klinis yang berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular aterosklerotik.
Kolesterol non-HDL meliputi kolesterol LDL, VLDL, IDL, serta sisa-sisa kilomikron dan Lipoprotein(a), dan berhubungan dengan perkembangan aterosklerosis pada pembuluh darah. Kadar kolesterol non-HDL dihitung dengan kadar kolesterol total dikurangi dengan kolesterol HDL.
"Apo B menggambarkan jumlah konsentrasi total apo B-100 dan apo B-48. Pengukuran Apo B dapat lebih akurat dalam menggambarkan atrogenisitas karena semua partikel aterogenik (VLDL, IDL, dan LDL) mengandung Apo B," ujarnya.
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas