sakit
penyakit kardiovaskular pada diabetes diakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. (Foto: Pixabay/stevepb)

Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa apoB dapat memprediksi risiko kardiovaskular lebih baik dari kolesterol LDL terutama pada keadaaan terdapat kadar trigliserida yang tinggi dengan penyakit penyerta seperti Diabetes Melitus, sindrom metabolik, dan penyakit ginjal kronik. Kolesterol non-HDL merupakan target sekunder setelah kadar kolesterol LDL pada manajemen dispilidemia.

"Target kadar kolestrol non-HDL dan ApoB untuk pasien dengan resiko ekstrim penyakit kardiovaskular adalah <80 mg/dl dan <70 mg/dl. Kadar kolesterol non-HDL Yang ideal untuk pasien dengan risiko sangat tinggi kardio vaskuler adalah <100 mg/dl, sedangkan ApoB <80 mg/dl. Kadar ideal untuk pasien dengan risiko tinggi dan sedang kardiovaskular adalah kolesterol non-HDL <130 mg/dl dan ApoB <90 mg/dl. Lipoprotein yang mengandung ApoB berperan besar dalam pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah yang akan mengakibatkan sumbatan," paparnya.

Sumbatan ini dapat terjadi di pembuluh darah jantung dimana dapat mengakibatkan serangan jantung dan kematian. Oleh karena itu, risiko terjadinya ASCVD akut meningkat dengan tingginya kadar lipoprotein yang mengandung ApoB.

Di Indonesia, prevalensi Dislipidemia yang didefinisikan sebagai kolesterol total ≥160 mg/dl adalah sekitar 36% (33,1% pada laki-laki dan 38,2% pada perempuan berusia ≥25 tahun). Pasien dengan Diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular hingga 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5 – 3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini. Sebagian besar penyakit kardiovaskular pada diabetes diakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Baca Juga:

Gluconov, Alat Pendeteksi Diabetes Melitus Buatan Anak Bangsa

sakit
Membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. (Foto: Pexels/Pavel Danilyuk)

“Kenaikan kolesterol LDL pada Dislipidemia berhubungan langsung dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik (Athersclerotic Cardiovascular Disease/ASCVD). Penyakit kardiovaskular aterosklerotik merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular yang bertanggung jawab atas lebih dari 4 juta kematian di Eropa setiap tahunnya,” demikian dijelaskan Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD.

Ia menekankan, “Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, Diabetes dan obesitas. Pengobatan terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutirsi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid.”

Dalam keterangannya, ia juga menjabarkan bahwa aktifitas fisik yang disarankan berupa jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu. Diet yang disarankan adalah diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran (≥ 5 porsi / hari), biji-bijian (≥ 6 porsi / hari), ikan, dan daging tanpa lemak.

Serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Makronutrien yang menurunkan kadar LDL-C seperti tanaman stanol/sterol (2 g/ hari) dan serat larut air (10-25 g /hari) juga direkomendasikan. Prinsip dasar terapi farmakologi adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Obat utama yang disarankan adalah statin. Obat lainnya, seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant hanya digunakan bila terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin. (avia)

Baca Juga:

Tips Menyuntikkan Insulin Sendiri Untuk Para Pejuang Diabetes