Twitter Diusir dari Salah Satu Kantornya karena Tidak Bayar Sewa


Twitter belum bayar sewa kantor. (Foto: Unsplash/Jose Losada)
TWITTER diduga tidak membayar sewa kantor seluas 65.000 kaki persegi di Boulder, Colorado, menurut keluhan yang diajukan oleh pemilik kantor pada Mei.
Setelah Elon Musk membeli Twitter pada Oktober 2022, jumlah karyawan perusahaan yang berbasis di kantor tersebut tidak jelas karena adanya pemotongan besar-besaran.
Sebelumnya, sekitar 300 karyawan bekerja di kantor tersebut, tetapi setelah pengurangan masif, 87 karyawan dipecat dan 38 lainnya mengundurkan diri.
Tuan tanah sebelumnya telah mengajukan keluhan terkait tunggakan sewa pada tanggal 12 Mei. Dokumen pengadilan mengonfirmasi bahwa Twitter telah menyewa empat unit kantor pada Februari 2020.
Baca juga:
Twitter Luncurkan Shop Module, Fitur Belanja Langsung dari Aplikasi

Pemilik kantor mengklaim bahwa Twitter telah mengabaikan pemberitahuan default yang dikirimkan kepada mereka. Sebaliknya, Twitter menggunakan surat kredit yang telah mereka berikan sebagai jaminan untuk membayar sewa sebesar USD 968 ribu (Rp 14,5 miliar).
Pemilik kantor kemudian meminta agar Twitter mengisi ulang jaminan tersebut, namun permintaan tersebut diabaikan. Selain meminta kepemilikan kantor kembali, pemilik juga menuntut pembayaran tunggakan sewa, biaya hukum, dan bunga sebelum dan setelah keputusan yang diambil.
Seorang hakim telah mengeluarkan perintah yang memberikan waktu 49 hari kepada penegak hukum untuk mengusir Twitter dari kantor di Boulder, Colorado, yang berarti Twitter harus meninggalkan kantor tersebut sebelum akhir Juli.
Twitter juga terlibat dalam sengketa hukum terpisah dengan Avalanche Cleaning Company di Boulder terkait tagihan yang belum dibayar sebesar USD 93.500 (Rp 1,4 miliar) untuk kantor lainnya.
Sejak diambil alih oleh Elon Musk, Twitter telah mengalami banyak masalah, termasuk PHK massal dan keputusan kebijakan kontroversial yang telah merusak reputasinya secara signifikan.
Baca juga:
Twitter Berikan Status Terverifikasi untuk Akun Disney Palsu

Pada bulan Februari, CNN melaporkan bahwa lebih dari setengah dari 1.000 pengiklan terbesar Twitter telah meninggalkan platform tersebut pada bulan Januari. Pengiklan tersebut mengundurkan diri karena kekhawatiran tentang stabilitas platform akibat kebijakan moderasi kontennya yang lebih longgar.
Pengurangan pengiklan tersebut menyebabkan pendapatan iklan Twitter turun dari USD 127 juta (Rp 1,9 triliun) menjadi USD 48 juta (Rp 719 miliar) dari 1.000 pengiklan terbesarnya. Elon Musk juga menerima banyak kritik karena mengubah kebijakan terkait tanda centang biru di Twitter.
Sebelumnya, tanda centang biru diberikan kepada tokoh atau organisasi publik untuk memverifikasi identitas mereka, tetapi sekarang hanya dapat diperoleh melalui pembayaran langganan bulanan.
Keputusan tersebut menimbulkan kekacauan ketika sebuah akun membeli tanda centang biru seharga USD 8 (Rp 119 ribu) dan mengaku sebagai perusahaan farmasi Eli Lilly. Mereka kemudian mengirimkan cicitan bahwa perusahaan tersebut akan menyediakan insulin gratis. Setelah itu, nilai pasar Eli Lilly turun sekitar 6 persen. (waf)
Baca juga:
Twitter Hapus Centang Biru di Akun Resmi K-Pop
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Polisi Masih Buru Akun Media Sosial yang Sebarkan Provokasi Demo dan Penjarahan

Provokasi Bakar Bandara Soetta di TikTok, Pekerja Swasta Jadi Tersangka

Layanan TikTok Live Dikabarkan Dimatikan

Terima Challenge Ekstrem, Streamer Prancis Jean Pormanove Meninggal saat Siaran Langsung

Australia Masukkan YouTube ke Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak di Bawah 16 Tahun

Legislator PKB Usulkan Pembatasan Akun Ganda Media Sosial dalam RUU Penyiaran

Keberatan Platform Digital User Generated Content Diatur UU Penyiaran

Mengenal PoliceTube, Platform Milik Polri yang Mirip dengan YouTube dan TikTok

16 Miliar Data Bocor, Pengguna Apple hingga Google Diminta Ganti Password

AS Perketat Visa Pelajar, Wajib Cantumkan Akun Media Sosial di Formulir
