Parenting

Tips Menangani Anak Nakal dengan Bijak

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Kamis, 20 Mei 2021
Tips Menangani Anak Nakal dengan Bijak

Jangan buru-buru melabeli anak sebagai anak nakal. (Foto: anak-Pexels/Ketut Subiyanto)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SEORANG anak dianggap nakal biasanya ketika tak bisa mematuhi perintah atau keinginan sang orangtua. Padahal tak melulu demikian, karena bisa jadi para orang tua yang kurang memahami kebutuhan anak.

Jadi tak tepat bila anak kemudian diberikan label nakal. Menurut psikolog klinis anak dan remaja dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia (UI), Andini Sugeng, menuturkan, bahwa orang tua harus memahami lebih dulu perilaku sang anak.

Baca Juga:

Puasa Latih Anak Jadi Displin dan Hidup Sehat

Orangtua harus memahami lebih dulu perilaku sang anak (foto: Pixabay/iqbalnuril)

"Perilaku nakal biasanya terlihat ketika anak menampilkan perilaku yang dianggap melanggar aturan yang ada di rumah atau suatu lingkungan sosial," tutur Andini, seperti yang dikutip dari laman Antara.

Lebih lanjut Andini menambahkan, bahwa usia anak anak menjadi gambaran bagaimana perkembangan serta kemampuannya, dalam memahami dan bersikap kooperatif pada aturan yang berlaku.

Karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan sejumlah pemahaman pada anak, tentang aturan-aturan yang ditetapkan di rumah. Aturan sebaikyna disesuaikan dengan usia dan kemapuan anak.

Kemudian penggunaan bahasa di rumah juga perlu diperhatikan, gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh anak, agar tak terjadi kesalahpahaman.

Ketika menghadapi sebuah perilaku anak yang dinilai kurang kooperatif, orangtua diharapkan dapat peka pada kebutuhan sang anak. Dalam hal ini, jangan sampai karena kurangnya perhatian dari orangtua, anak menjadi dianggap nakal lantaran tak mau mematuhi perintah orangtua.

Menurut Andini, kebutuhan anak tak hanya sebatas kebutuhan yang bersifat fisik maupun materi, tapi juga kebutuhan emosi.

"Ada perilaku-perilaku yang terlihat kurang kooperatif adalah cara anak mencari perhatian misalnya marah-marah padahal ingin diajak main atau dipeluk," jelas Andini.

Baca Juga:

80% Anak Muda Alami Penurunan Kondisi Mental Saat Pandemi

Orangtua harus selalu mengawasi kondisi kesehatan sang anak (Foto: Pixabay/nastya_gepp)

Andini menuturkan, bahwa para orangtua harus selalu mengawasi kondisi kesehatan sang anak. Seperti halnya anak sedang sakit, mengalami luka, lapar, kurang tidur hingga keluhan lainnya.

Karena, hal itu sangat baik untuk melihat perilaku anak, yang tiba-tiba menjadi tak kooperatif. Kemudian, orangtua pun perlu mendengar apa yang disampaikan oleh anak, meski terkesan sepele. Dengan begitu, anak akan merasa lebih diperhatikan oleh orangtuanya.

Tugas orang tua yakni memvalidasi emosi anak, agar dia merasa nyaman dengan mendapat perhatian yang sesuai, ketika tengah merasa tak nyaman, dan belum tau cara mengatasi masalahnya.

Dalam hal ini, orangtua wajib membantu dengan cara memberikan bimbingan cara mengatasi masalahnya.

"Hindari memberikan label 'negatif' karena berisiko membuat anak makin tidak nyaman. Selain itu bisa berakibat jangka panjang jika label itu berulang. Misalnya, anak menjadi merasa tidak mampu, tidak baik, atau tidak berharga," tutur Andini.

Selain itu, orangtua pun dapat memberikan konsekuensi terhadap anak, terhadap perilaku yang tidak sehat. Tapi, harus disesuaikan dengan tingkat kesalahan, usia dan kemampuan sang anak. Dengan catatan, orangtua tak boleh memberikan konsekuensi yang menyakiti fisik maupun mental. (Ryn)

Baca Juga:

Kenali Sejumlah Hal Penting dalam Merawat Anak saat Pandemi

#Anak-anak #Kesehatan Mental #Pendidikan Anak
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Indonesia
Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi
Pemerintah menargetkan 12 Sekolah Garuda rampung pada 2026. Kemudian, empat sekolah sudah siap beroperasi.
Soffi Amira - Rabu, 27 Agustus 2025
Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi
Indonesia
Terungkap! Ini Dalang di Balik Tunjangan Gila-gilaan untuk Dokter Spesialis dan Subspesialis di Daerah 3T
Budi Gunadi belum bisa memastikan tanggal peluncurannya
Angga Yudha Pratama - Rabu, 06 Agustus 2025
Terungkap! Ini Dalang di Balik Tunjangan Gila-gilaan untuk Dokter Spesialis dan Subspesialis di Daerah 3T
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Indonesia
Menlu RI: Presiden Prabowo Bahas Pusat Belajar Anak Pekerja Migran dengan Malaysia
Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat membangun Community Learning Center (CLC) bagi anak-anak pekerja migran.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 29 Juli 2025
Menlu RI: Presiden Prabowo Bahas Pusat Belajar Anak Pekerja Migran dengan Malaysia
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan